PAI : Manusia Makhluk Belajar

Manusia Makhluk Belajar
Kamis, 25 Oktober 2018 




 
Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Pertama, marilah kita memanjakan puji syukur kehadirat Allah SWT., yang mana karena rahmat dan hidayahnya kita masih diberikan kesehatan dan keselamatan.

Kedua, shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW yang kita tunggu tunggu syafa’at nya pada akhir zaman.

Baik pembaca sekalian, pada kesempatan yang baik kali ini, saya memposting materi tentang “Manusia Makhluk Belajar”, yang semoga apa yang saya tulis disini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.


Ada satu kata atau istilah, yaitu “belajar” yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena aktivitas belajar itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti binatang misalnya. Karena aktivitas belajar pula yang mengantarkan seorang manusia menjadi berilmu, yang selanjutnya memosisikan manusia menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang ada di muka bumi ini. Karena belajarlah, manusia bisa bertahan hidup dan bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Karena belajarlah, manusia bisa memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi. Karena belajarlah, manusia bisa mengembangkan budayanya, dan karena belajar pula, manusia bisa menguasai alam dan bisa mengubah wajah dunia ini.

Coba kita perhatikan bagaimana kehidupan binatang, apapun jenisnya. Binatang hanya mengandalkan instink untuk dapat memenuhi hidupnya dan mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupan binatang dari waktu ke waktu hanya begitu-begitu saja. Tidak ada binatang yang mampu mengembangkan kreativitas untuk memperbaiki derajat kehidupannya. Persoalan ada binatang yang dianggap pandai, sehingga dapat mengikuti perintah manusia, itu juga hanya sebatas instinknya saja, bukan hasil belajar.

Dalam kehidupan manusia, belajar adalah kata kunci yang menjadi ciri sekaligus potensi bagi umat manusia. Belajar telah menjadi atribut manusia. Potensi belajar merupakan kodrat sekaligus fitroh bawaan sebagai karunia dari Sang Maha Pencipta, Allah, swt. Belajar adalah kebutuhan hakiki dalam hidup manusia di muka bumi ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah “energi kehidupan” umat manusia yang dapat mengusung harkat kemanusiaannya menjadi sosok beradab dan bermartabat.

Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh  berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat. Sebagaimana telah dituntunkan dalam Islam, belajar seharusnya sejak dalam buaian sampai ke liang lahat, minal mahdi ilal lahdi, from cradle to the grave.

Teori sains terakhir bahkan mengungkapkan bahwa calon manusia telah mulai belajar saat juataan sperma berjuang mencapai ovum dalam uterus. Jutaan sperma itu seolah saling berjuang, berebut dan berlomba mencapai ovum, banyak di antaranya yang gugur di tengah jalan. Uniknya, satu atau dua sperma ( pada kasus kembar tidak identik ) mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sisa ribuan sperma yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah di buahi. Ternyata …yang bermula dari satu atau dua sperma itu adalah kita, dan kitalah yang menjadi pemenangnya sebagai buah dari proses belajar, setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan. Demikianlah, calon manusia ini telah belajar berjuang, beradaptasi, bersaing, tetapi juga bekerja sama dan berkurban untuk kepentingan sesama.
Secara teoritik, belajar dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dengan demikian buah dari proses belajar tersebut dapat berupa bertambahnya pengetahuan, adanya peningkatan keterampilan, semakin sempurnanya perilaku dan sikap serta semakin matang kepribadian. Dalam konteks proses  memperoleh pengetahuan, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman ( experience ). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan ( knowledge ). Dalam perspektif sains, ada anggapan bahwa pengetahuan sudah terserak dan tersebar di alam semesta ini, tinggal bagaimana manusia bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan. Begitu pentingnya makna pengalaman yang berujung pada terjadinya pengendapan akan pengetahuan, sehingga muncul pepatah : pengalaman adalah guru yang paling baik,  experience is the best teacher, dalam pepatah Minangkabau dinyatakan dengan sebutan ; alam takambang menjadi guru atau alam berkembang menjadi guru.

Pada dasarnya semua manusia pernah mengalami atau memiliki pengalaman belajar yang sangat menakjubkan. Ketika bayi, kita mulai belajar menggerak-gerakkan organ tubuh, belajar mengidentifikasi, belajar berbicara, belajar berjalan dan sebagainya, nyatanya kita bisa bergerak, bisa mengenal lingkungan, bisa berbicara, dan bisa berjalan dengan sempurna. Artinya kita telah mampu berjuang menghadapi berbagai tantangan dalam belajar, seperti berkali-kali jatuh ketika belajar berjalan namun akhirnya berhasil dan sukses. Demikian pula ketika belajar naik sepeda, berapa kali kita jatuh dan terluka, namun kita tetap belajar terus tanpa menyerah dan akhirnya kita bisa naik sepeda bahkan berbagai kendaraan lainnya. Itu semua adalah pengalaman sukses belajar. Dalam berbagai sisi kehidupan lainnya masih banyak lagi pengalaman sukses belajar yang telah dan terus akan kita alami dari hari ke hari.

Akan tetapi dalam perkembangannya, manusia termasuk kita semua sering melupakan pengalaman sukses tersebut, atau barangkali justru tidak menyadari bahwa apa yang kita alami itu sebagai buah dari sukses belajar, sehingga tidak tumbuh keinginan untuk mengulangi dan menghadirkan sukses-sukses berikutnya dalam kehidupan yang lebih luas. Dari uraian di atas, dapat kita tarik bahwa sebenarnya aktivitas belajar merupakan suatu kebutuhan, bukan beban, bahkan setiap diri manusia telah dibekali potensi untuk mampu belajar ( dalam arti luas ).

Jikalau roh belajar tersebut sudah terpatri dalam setiap individu dan menjadikan belajar sebagai kebutuhan ( need ), niscaya budaya belajar ( learning culture ) dapat terbangun dan terwujud.
Jika budaya belajar sudah mengkondisi dalam suatu masyarakat sekolah ( school community ) niscaya prosesi ujian nasional, ulangan akhir semester atau eveluasi apapun tidak akan memicu kegalauan bagi para siswa, orang tua, maupun sekolah itu sendiri. Untuk itu upaya membangkitkan semangat belajar ini senantiasa menjadi tema yang menarik untuk didiskusikan.
Salah satu resep yang paling mujarab dalam membangun spirit belajar ini adalah dengan menumbuhkan dan membangun kesadaran dari dalam diri masing-masing, karena motivasi dari dalam lebih memiliki makna yang kuat dibanding dengan dorongan apalagi paksaan dari luar. Ingat falsafah telur ? sebuah telur yang pecahnya dari dalam ( karena dierami induknya ) niscaya akan membuahkan seekor makhluk baru, artinya ada buah yang berupa “kehidupan”, dan setiap kehidupan mesti akan memberi harapan. Lain halnya jika telur tersebut pecahnya dari luar, maka yang terjadi adalah kehancuran. Demikian pula dalam hal belajar, jika dorongan belajar berasal dari dalam diri setiap individu, tentu akan timbul pencerahan dan harapan. Akan tetapi kalau belajar harus dipaksa dari luar, yang terjadi adalah keterpaksaan yang pada gilirannya akan memicu kehancuran.

Berbagai Istilah Tentang Manusia
Pemakaian kata manusia memiliki makna ganda, seperti terbukti dalam kalimat-kalimat berikut ini: (a) Manusia tidak lain kecuali hewan, yang mengandung makna manusia adalah hewan. (b) Manusia merupakan hasil sejarah, berarti tidak mengacu pada manusia, melainkan kepada kepribadiannya. (c) Manusia adalah makhluk rohani, yang bermakna, manusia merupakan mahluk yang lebih dari raga, nyawa, atau jiwa. (d) bahwa manusia yang di dalam nya terdapat raga, namun berbeda dengan raga lainnya. (e) menggambarkan manusia sejenis kebajikan atau kedirian.

H.M.Quraish Shihab mengatakan bahwa keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya disebabkan oleh:
1. pembahasan tentang manusia termaksud yang terlambat dilakukan, karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penyelidikan tentang materi alam.
2. ciri khas manusia yang cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks.
3. multikompleks nya masalah manusia.
Terlepas dari pro kontra tentang istilah mana yang akan digunakan oleh manusia, dalam menyusun berbagai teori dan konsep tentang berbagai kehidupan, yang pasti bahwa manusia adalah sebagai makhluk yang memiliki potensi yang luar biasa.

Agamawan berkomentar bahwa pengetahuan manusia tentang manusia demikian itu disebabkan karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terhadap roh ilahi, sedang manusia tidak di beri pengetahua tentang roh, kecuali sedikit. (QS. Al-Isra’,17:85)

Menurut H.M.Quraish Shihab, ada tiga istilah yang di gunakan al-quran untuk menunjuk kepad manusia:
1.     Manusia Sebagai Makhluk Al-insan
Di dalam al-quran kata insan disebut sebanyak 65 kali dalam 63 ayat. Kata insan berasal dari kata “uns” yang berarti jinak, harmoni dan tumpah, dan ada pula yang berpendapat bahwa kata “uns” berasal dari kata “nasiya” yang berarti lupa, atau berasal dari kata nasa yanusu yang berarti guncang.

Selanjutnya, di dalam al-quran terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang manusia sebagai insan yang dikaitkan dengan berbagai kegiatan manusia. Kata insan terkadang digunakan untuk menjelaskan tentang kegiatan manusia dalam belajar (QS. 96:1-5 dan 55:1-3), sebagai makhluk yang memiliki musuh dan suka bermusuhan (QS. 12:5 dan 17:53), mahluk yang dapat mengola dan merencanakan waktu (QS. 103:1-3), makhluk yang dapat memikul amanat (QS. 33:72), sebagai makhluk yang dapat menanggung semua perbuatan yang di lakukanya (QS. 53:39, dan 79:35), yang memiliki komitmen moral (QS. 29:8, 31:14, dan 46:15), makhluk yang dapat bekerja dalam bidang peternakan (QS. 28:23 dan 25:49), yang dapat melakukan pelayaran (QS. 2:164), makhluk yang dapat mendaya gunakan logam besi (QS. 57:25), yang dapat melakukan perubahan sosial (QS. 3:140 dan 8:26).

Manusia insan adalah manusia yang dapat menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak di ketahui nya, dalam hal ini secar simbolis tuhan merupakan sebagai guru yang maha luas ilmu nya, atau Al-Alim.
Manusia insan sebagai kodratik, sebagi ciptaan tuhan yang maha sempurna bentuknya di bandingkan dengan makhluk lainnya.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dalam konstek insan merupakan kegiatan kebudayaan yang paling vital.

2.    Manusia Sebagai Al-Basyar

Al- Basyar adalah manusia dalam kehidupan nya sehari-hari, yang berkaitan dengan kegiatan lahiriah, yang di pengaruhi oleh dorongan kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, bersetubuh, dan mati mengakhiri kegiatanya.
Dari sisi lain banyak ayat al-quran yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Insan basyar pada hakikat nya adalah manusia sebagai kesatuan yang membentuk kebudayaan. Kata insan dan basyar dipakai untuk sebutan manusia.

3.   Manusia Sebagai Bani Adam atau Zuriyat Adam
Kata Adam atau Zuriyat Adam juga mengandung arti, bahwa manusia sebagai mahluk sosial. Seperti dalam quran surat (QS. Al-Isra’ 17:70).
Dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu tugas guru adah menggali potensi insan, basyar, dan al-nas yang dimiliki semua tersebut. Wewenang manusia di bidang pengetahuan, informasi, pandangan, keinginan, dan kecenderungan itu sangat luas dan tinggi.
Dengan melihat penjelasan yang di berikan al-quran dan para ulama, terlihat dengan jelas bahwa manusia memiliki kemampuan intelektual, spiritual, sosial, dan jasmani dengan berbagai cabangnya.
Informasi tentang manusia dengan berbagai potensi yang dimilikinya itu amat menolong manusia dalam rangka merancang kegiatan belajar  melaluyi strategi pembelajaran yang bersifat konsepsional dan tepat. Disinilah letak relevansi kajian tentang manusia dengan perumusan konsep pembelajaran.

Berbagai Potensi manusia
Dengan mengkaji konsep al-insan, al-nas, basyar, bani adam, atau zuriyat adam, paling kurang dapat diketahui adanya ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki manusia.

Struktur Jiwa Manusia Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Belajar Mengajar
A.     Pengertian jiwa dalam ilmu jiwa
Jiwa atau yang dalam bahasa inggris nya psyche berbeda dengan nyawa. Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat absrak, yang menjadi penggerak dan mengatur segala perbuatan pribadi, mulai hewat tinggkat tinggi hingga manusia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa: (1) bahwa kegiatan belajar mengajar sebagaimana di jumpai pada teori dan konsep pembelajaran pada dasarnya bertolak dari informasi yang terdapat dalam kajian kejiwaan. (2) para ahli strategi pembelajaran berutang budi kepada para ahli ilmu jiwa. (3) ajaran islam dengan sumber utama nya adalah al-quran dan as-sunnah telah memberikan informasi yang lengkap dan mendasar tentang struktur kejiwaan manusia yang selanjutnya apat di gunakan untuk merumuskan strategi pembelajran.

Struktur Fitrah Manusia Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Belajar Mengajar

A.     Pengertian Fitrah Manusia
Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan. Dan dari makna ini makna-makna lain seperti “penciptaan”,dan “kejadian”. Dengan demikian secara sederhana fitrah manusia berarti kejadianya sejak semula atau bawaan nya sejak lahir.

Di dalam al-quran kata fitrah dalm berbagai bentuknya terulang sebanyak 28 kali, 14 kali di antarnya kata fitrah di gunakan di dalam konteks penciptaan atau kejadian langit dan bumi. Sedangkan selebihnya kata fitrah di gunakan dalam konteks penciptaan manusia, baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah allah, maupun tentang fitrah manusia.

B.    Struktur Fitrah Manusia
Dapat diketahui bahwa struktur fitrah manusia paling kurang mencakup 5 bentuk, sebagai berikut:
1.      Fitrah beragama yang bertumpu pada keimanan sebagai intinya.
2.      Dalam bentuk bakak (mahabib) dan kecendrungan (qabiliyah) yang mengacu kepada keimanan kepada allah.
3.      Fitrah berupa naluri dan kewahyuan, yang kedua nya bagaikan dua sisi dari satu mata uang logam.
4.      Fitrah merupakan kemampuan dasar untuk beragam secara umum.
5.      Fitrah memiliki komponen yang meliputi, bakat dan kecerdasan, insting (naluri).


C.     Hubungan Struktur Fitrah Manusia dan Kegiatan Belajar Mengajar
Pandangan tentang fitrah yang akan memengaruhi kegiatan belajar mengajar yang semata-mata buka di tentukan oleh input semata, melainkan juga melalui proses thrutput yang di lakukan oleh guru dan kehendak allah. Dengan demikian maka kegiatan belajar mengajar harus menyiapkan anak didik untuk siap mengikuti kegiatan belajar serta berbagai sarana prasarana, dan sebagainya.
Dengan berbasis pada pemahaman tentang fitrah tersebut, maka secara konseptual, islam menganut paham individualistik dalam bidang pendidikan.







Sumber :
https://ulilalbabjong-wordpress-com.cdn.ampproject.org/v/s/ulilalbabjong.wordpress.com/2012/01/23/manusia-adalah-makhluk-pembelajar/amp/?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQECAFYAQ%3D%3D#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fulilalbabjong.wordpress.com%2F2012%2F01%2F23%2Fmanusia-adalah-makhluk-pembelajar%2F
http://muhammadrafiki10.blogspot.com/2017/01/manusia-makhluk-belajar.html?m=1

Comments

  1. ini ni yang bikin bangsa Indonesia makin maju, mangat kak buat bangsa indonesia lebih religius

    ReplyDelete

Post a Comment

loading...

Popular posts from this blog

PAI : Kewajiban Belajar

PAI : Ibadah Mahdhah

PAI : Manusia Makhluk Sosial

Qunut

PAI : Manusia Makhluk Belajar (Part 2)