PAI : Manusia Makhluk Belajar (Part 2)
Manusia Makhluk Belajar
Rabu, 21 November 2018
Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Pertama tama marilah kita mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT., yang mana karena limpahan rahmat dan hidayah nya kita masih diberikan kesehatan dan keselamatan, Aamiin Yaa rabbal alamin
Kedua, shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang kita tunggu tunggu syafa’at nya pada akhir zaman.
Baik pembaca sekalian, saya disini akan sedikitnya menjelaskan tentang, “Manusia Makhluk Belajar”, yang dimana ini adalah bagian kedua yang merupakan tembusan atau lanjutan dari yang pertama, dan untuk link dari “Manusia Makhluk Belajar “ yang bagian satu atau sebelumnya, anda bisa klik dibawah ini.
http://anggerbagusutama.blogspot.com/2018/10/resume-perkuliahan-agama-islam_25.html?m=1
1. Pengertian
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan – kemampuan yang lain.
Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau berubah melalui reaksi pada situasi yang ditemui asalkan ciri perubahan aktivitasnya tidak dapat dijelaskan sebagai kecenderungan respon dasar.
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Belajar adalah suatu proses didalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
Dan pada dasarnya, manusia secara umum, diwajibkan untuk belajar dan menuntut ilmu. Manusia selain menjadi makhluk sosial, namun juga sebagai makhluk belajar, yang dimana belajar ini, dapat dari ruang formal, ataupun lingkungan sekitar.
Belajar pada hakikatnya tidak hanya pada ruang formal atau di sekolah, namun juga didapatkan dari faktor eksternal, semisal lingkungan. Manusia akan dapat langsung menangkap informasi dan hal hal baru dari lingkungannya, dan ini dapat dijadikan tolak ukur untuk kita sebagai manusia untuk senantiasa memilih dan memilih informasi yang datang dari lingkungan kita, karena pada dasarnya, sifat dan sikap manusia dalam memecahkan masalah atau memahami sesuatu didasarkan pada lingkungannya, hadi lingkungan juga sangat membantu tumbuh kembang manusia, jadi semakin baik lingkungan kita, maka baik juga akhlak kita, dan juga sebaliknya. Semakin baik pergaulannya, semakin terarah lah hidup kita, sekali lagi ini juga karena suasana dan lingkungan.
Fenomena yang kedua adalah kompilasi menunaikan ibadah haji. Saat berada di dekat rumah Allah, Ka'bah mereka yang sangat berbeda. Yang belum pernah berlinangan air mata karena terkenang dengan dosa dan merasa takut dengan siksa yang bisa tiba tiba bisa tersedu-tersedu di depan Ka'bah. Sampai kaki cukup jauh bahkan bisa sampai berkilo-kilo pun dijalani demi shalat di masjid padahal di tanah air bisa jadi berada di sebelah masjid namun hati belum tergerak untuk mendatanginya. Mengapa ini semua bisa terjadi? Jawabannya adalah karena kekuatan lingkungan dan lingkungan. Orang yang tidak biasa berbuat baik bisa berubah sangat baik dalam pekerjaan orang-orang yang suka bertindak baik.
Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلَيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ».
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama Teman dekatnya. Oleh karena itu Anda ingin menjadi orang yang Anda jadikan sebagai teman ”(HR Abu Daud no 4833, Pemberitahuan hasan oleh al Albani).
عن سعيد بن رافع بن خديج, عن أبيه, عن جده, قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: التمسوا الجار قبل الدار, والرفيق قبل الطريق.
Dari Said bin Rofi 'bin Khodij dari jauhnya dari kakeknya, Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam bersabda, “Pilihlah yang sebelum keputusan untuk berdomisili di tempat dan pilihlah teman perjalanan sebelum menentukan arah perjalanan” (HR Thabrani dalam al Mu'jam al Kabir no 4257, dalam al Majmauz Zawaid no 13534, al Haitsami mengatakan, "Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani namun dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Aban bin al Muhabbar dan dia adalah seorang yang riwayatnya ditinggalkan (matruk)").
Belajar yang dimaksud disini adalah tidak hanya memahami tentang ilmu, namun juga tentang iman. Ilmu tanpa adanya iman adalah buta, dan iman tanpa adanya ilmu adalah bisu. Jadi, muslim harus memiliki keduanya, yang benar benar berimbang, beriman dan berilmu.
Oleh karena itu, terdapat perubahan bahwa, “ Tuntutan ilmu walau harus sampai ke negeri china”. Mengapa demikian, saya mempunyai sedikit penjelasan. Secara geografis, dataran China banyak sekali dataran dataran yang menjulang tinggi, seperti pegunungan dan perbukitan. Sementara itu, dewasa ini, transportasi yang memadai sangat diperlukan agar terlaksananya perekonomian yang berkembang. Nah, di China, banyak sekali jembatan jembatan yang tinggi dan tiang tiang nya bisa sangat panjang menusuk sangat dalam ke bumi, entah berapa kedalamannya. Kemudian, mayoritas barang barang, baik alat elektronik, maupun sejenis mainan. Contohnya adalah di Indonesia, banyak sekali kita temukan barang barang yang diimpor dari China. Nah, dari sebagian contoh tersebut dapat mencerminkan bahwa di China sebagian sarana dan prasarana sudah cukup baik, dan kuta harus mencontoh hal baik tersebut sebagai bagian dari belajar, belajar menjadi problem solver yang baik.
2. Belajar Menurut Al Qur’an
A.Cara Belajar Menurut Al Qur’an
Dalam kitab suci al Qur’an telah digariskan jika cara manusia belajar berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Belajar ini dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
a. Belajar dengan meniru (imitation)
Belajar dengan meniru ini dilakukan dengan mengamati hal-hal yang dianggap baik dan pantas untuk dilakukan. Biasanya belajar meniru ini dilakukan oleh anak-anak, tapi tak jarang juga orang dewasapun juga melakukannnya. Hal ini dikarenakan tingkat perkembangan manusia yang semakin kompleks.
Dalam al Qur’an belajar dengan meniru dapat dijumpai pada kisah qabil dan Habil. Ketika Qabil membunuh saudaranya, Habis Qabil tidak mengetahui bagaimana cara mengurus mayat saudaranya itu. Kemudian Allah mengutus burung gagak yang menggali tanah untuk saudaranya yang telah mati. Dari contoh tersebut Qabil belajar dengan cara meniru gagak untuk menguburkan saudaranya yang telah mati.
b. Belajar dengan pengalaman prektis dan trial and error
Manusia akan belajar cara menghadapi dan mencoba mengatasi berbagai problema kehidupan yang beragam, dengan pengalaman praktis trial dan error atau coba-coba. Dalam melakukan suatu hal yang baru, manusia senantiasa melakukan coba-coba agar tercipta suatu hal yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Perhatian al Qur’an dengan mendorong manusia untuk mengadakan observasi dan pemikiran terhadap alam semesta dan segala isinya.
c. Belajar dengan berpikir
Berpikir adalah salah satu cara manusia dalam memperoleh informasi. Dengan berpikir manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual dalam berpikir pula, manusia dapat menghadirkan solusi untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Sehingga berpikir ini di sebut sebagai proses belajar yang paling tinggi.
Dalam al Quran juga banyak ayat yang menjelaskan tentang perintah Allah bagi manusia untuk selalu menggunakan akalnya untuk memahami serta merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah dalam kehidupan ini. Antara lain yaitu QS.al Ghasyiah ayat 17-20,QS Qaf ayat 6-10,Qs al An’am ayat 95 dan QS. Al Anbiya ayat 66-67. Ada beberapa metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan metode diskusi, dialog, konsultasi, dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati 2005)
B. Prinsip -prinsip Belajar Menurut Al Qur’an
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan saat belajar menurut Al qur’an antara lain:
a. Prinsip Motivasi
Motivasi (motivation) merupakan hal yang sangat penting dalam belajar. Orang yang memiliki motivasi kuat, maka orang tersebut akan mencurahkan segala kemampuannya untuk mempelajari hal-hal tertentu, hingga ia mendapatkan atau mengetahuinya.
b. Prinsip Pengulangan
Dalam Al Qur’an terdapat banyak informasi yang diulang-ulang yang diungkapkan dalam berbagai ayat, baik yang redaksinya sama maupun mirip. Hal ini terutama terkait dengan informasi atau ayat-ayat tentang tauhid (keimanan), ibadah, hal-hal ghaib, serta kisah-kisah para nabi. Hal tersebut bertujuan untuk mengukuhkan hati para pembacanya.
c. Prinsip Perhatian
Perhatian merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Jika belajar lepas dari perhatian, maka akan terjadi pengaburan informasi yang diterima, sehingga informasi-informasi yang disampaikan tidak dapat diserap dengan baik.
d. Partisipasi Aktif
Tidak hanya pengetahuan tentang ibadah yang didorong dan wajib untuk diketahui, tapi juga bagaimana cara mengamalkan konsep ibadah yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari. Seorang hamba Allah, tidak cukup meyakini adanya Allah dan Dia_lah yang mengutus Rosul_Nya, tetapi ia juga wajib melaksanakan dan mempraktikkan keyakinan dalam bentuk amaliah ibadah, seperti shalat,, zakat , puasa,dll
e. Dilakukan Secara Bertahap
Penanaman keimanan (tauhid) tidak hanya dilakukan secara langsung, tapi mesti dilakukan secara bertahap (tadaruj/gradual),sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosi peserta didik. Hal itu sebagaimana Al Qur’an menanamkan hukum kepada manusia seperti dalam kasus pengharaman minuman keras (khamr) yang diungkapkan beberapa kali (tadaruj) dalam Al Qur’an.
3. Belajar Menurut Hadits
A. Cara belajar menurut Hadits
Selain Al Qur’an hadits juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra,
“ Barang siapa meniti jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR.Abu Daud dan Tirmidzi)
Jadi betapa pentingnya menuntut ilmu itu, dan mampu mengajarkan kepada orang lain, sehingga ilmu yang kita miliki itu mampu mengantarkan kita ke dalam surga.
Menurut Utsman Najati (2000:207) dalam bukunya yang berjudul al-Haditsun Nabawy wa Ilmu Nafs dinyatakan bahwa dalam hadits Nabi Muhammad Saw paling tidak terdapat 4 metode belajar yang telah diisyaratkan, yaitu:
a. Metode Peniruan (Imitation)
Metode ini dilakukan dengan meniru orang lain dalam mengerjakan sesuatu, melafalkan suatu bacaan,gaya berpakaian,dll. Metode ini tidak hanya dilakukan oleh kaum awam, tapi orang yang cerdas pun juga melakukannnya. Begitu juga dengan para sahabat yang mengerjakan berbagai ibadah dengan cara meniru ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
b. Metode Coba-coba (trial and error)
Metode ini juga sangat dianjurkan dalam hadits nabi untuk digunakan dalam belajar. Dimana manusia senantiasa melakukan percobaan (eksperimen) dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tidak jarang mereka melakukan kesalahan dalam memecahkan masalah, tapi ia terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya ia menemukan jalan keluarnya dengan tepat. Dan inilah yang dinamakan proses trial and error.
c. Metode Pengkondisian (Conditioning)
Metode ini digunakan jika ada stimulus indrawi yang merangsangnya, misalnya,jika ada anak kecil yang menjulurkan tangannya kenyala api, lantas nyala api itu membakar tangannnya, dan diapun merasakan sakit yang menyengat, maka seketika itu pula dia akan menarik tangannya. Jika anak itu melihat nyala api,secara otomatis ia akan menjauhi nyala api. Hal inilah yang dinamakan metode pengkondisian.
d. Metode Berpikir
Metode berpikir ini dapat dilakukan dengan cara merangsang aktivitas otak anak untuk berpikir. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan seputar tema-tema tertentu, agar anak tersebut berpikir bagaimana dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi.
B. Prinsip prinsip Belajar Menurut Hadits
Dalam hadits Nabi, terdapat beberapa prinsip belajar yang perlu diperhatikan, agar proses belajar tersebut dapat berjalan dengan baik. Prinsip-prinsip tersebut menurut Utsman Najati (2000:217-262) terdiri atas 7 prinsip yaitu:
a. Prinsip Motivasi
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam belajar, karena proses belajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya motivasi yang tinggi.
b. Memberikan Reward (penghargaan)
Reward (pemberian hadiah) ini dilakukan ketika seorang anak telah mampu mencapai target yang diinginkan, Tujuan diberikan reward ini supaya anak tetap semangat dalam belajar, dan lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Reward ini tidak selalu berupa hadiah, tapi juga bisa berupa pujian, tepuk tangan, senyuman, dll
c. Pembagian Waktu belajar
Prinsip pembagian waktu dalam belajar adalah bahwa proses belajar dilakukan dalam waktu yang jarang dengan melalui masa istirahat. Cara ini terbukti efektif diterapkan, karena mempermudah murid dalam menghafal materi dan menghilangkan rasa bosan dan kepayahan.
d. Repetisi (pengulangan)
e. Partisipasi aktif dan praktik ilmiah
Belajar akan lebih bermakna jika para siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya sebagai objek, tapi juga sebagai subjek didik yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan.
f. Konsentrasi
Konsentrasi sangat dibutuhkan dalam belajar, Seseorang dapat mencapai tingkat kesempurnaan jika memiliki konsentrasi yang baik, karena manusia tidak akan mampu belajar dengan baik jika tidak memiliki konsentrasi yang baik pula.
g. Belajar Secara Bertahap (Gradual)
Prinsip belajar secara bertahap (Gradual) merupakan suatu proses belajar yang dilakukan secara bertahap, tidak instan. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an dan Hadits Nabi, jika belajar itu diperoleh dengan proses secara bertahap, tidak instan.
Jadi, saya dapat menyimpulkan bahwa manusia adalah makhluk belajar yang dapat menangkap segala informasi, dan lingkungan adalah faktor terpenting kedua setelah keluarga dalam membentuk mind-set seorang manusia.
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam blog ini, semoga kita sahabat muslim muslimah senantiasa dalam lindungi dan kasih sayang Allah SWT, Aamiin.
Billahitaufik wal hidayah
Wassalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Sumber :
http://ustadzaris.com/pengaruh-lingkungan-pergaulan
https://iniwebhamdan.wordpress.com/2012/05/30/pengertian-belajar/
https://www.kompasiana.com/yunaeri/5563d78cb39373935bee6455/cara-belajar-menurut-islam
Rabu, 21 November 2018
Manusia Makhluk Belajar |
Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Pertama tama marilah kita mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT., yang mana karena limpahan rahmat dan hidayah nya kita masih diberikan kesehatan dan keselamatan, Aamiin Yaa rabbal alamin
Kedua, shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang kita tunggu tunggu syafa’at nya pada akhir zaman.
Baik pembaca sekalian, saya disini akan sedikitnya menjelaskan tentang, “Manusia Makhluk Belajar”, yang dimana ini adalah bagian kedua yang merupakan tembusan atau lanjutan dari yang pertama, dan untuk link dari “Manusia Makhluk Belajar “ yang bagian satu atau sebelumnya, anda bisa klik dibawah ini.
http://anggerbagusutama.blogspot.com/2018/10/resume-perkuliahan-agama-islam_25.html?m=1
1. Pengertian
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan – kemampuan yang lain.
Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau berubah melalui reaksi pada situasi yang ditemui asalkan ciri perubahan aktivitasnya tidak dapat dijelaskan sebagai kecenderungan respon dasar.
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Belajar adalah suatu proses didalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
Dan pada dasarnya, manusia secara umum, diwajibkan untuk belajar dan menuntut ilmu. Manusia selain menjadi makhluk sosial, namun juga sebagai makhluk belajar, yang dimana belajar ini, dapat dari ruang formal, ataupun lingkungan sekitar.
Belajar pada hakikatnya tidak hanya pada ruang formal atau di sekolah, namun juga didapatkan dari faktor eksternal, semisal lingkungan. Manusia akan dapat langsung menangkap informasi dan hal hal baru dari lingkungannya, dan ini dapat dijadikan tolak ukur untuk kita sebagai manusia untuk senantiasa memilih dan memilih informasi yang datang dari lingkungan kita, karena pada dasarnya, sifat dan sikap manusia dalam memecahkan masalah atau memahami sesuatu didasarkan pada lingkungannya, hadi lingkungan juga sangat membantu tumbuh kembang manusia, jadi semakin baik lingkungan kita, maka baik juga akhlak kita, dan juga sebaliknya. Semakin baik pergaulannya, semakin terarah lah hidup kita, sekali lagi ini juga karena suasana dan lingkungan.
Fenomena yang kedua adalah kompilasi menunaikan ibadah haji. Saat berada di dekat rumah Allah, Ka'bah mereka yang sangat berbeda. Yang belum pernah berlinangan air mata karena terkenang dengan dosa dan merasa takut dengan siksa yang bisa tiba tiba bisa tersedu-tersedu di depan Ka'bah. Sampai kaki cukup jauh bahkan bisa sampai berkilo-kilo pun dijalani demi shalat di masjid padahal di tanah air bisa jadi berada di sebelah masjid namun hati belum tergerak untuk mendatanginya. Mengapa ini semua bisa terjadi? Jawabannya adalah karena kekuatan lingkungan dan lingkungan. Orang yang tidak biasa berbuat baik bisa berubah sangat baik dalam pekerjaan orang-orang yang suka bertindak baik.
Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلَيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ».
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama Teman dekatnya. Oleh karena itu Anda ingin menjadi orang yang Anda jadikan sebagai teman ”(HR Abu Daud no 4833, Pemberitahuan hasan oleh al Albani).
عن سعيد بن رافع بن خديج, عن أبيه, عن جده, قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: التمسوا الجار قبل الدار, والرفيق قبل الطريق.
Dari Said bin Rofi 'bin Khodij dari jauhnya dari kakeknya, Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam bersabda, “Pilihlah yang sebelum keputusan untuk berdomisili di tempat dan pilihlah teman perjalanan sebelum menentukan arah perjalanan” (HR Thabrani dalam al Mu'jam al Kabir no 4257, dalam al Majmauz Zawaid no 13534, al Haitsami mengatakan, "Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani namun dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Aban bin al Muhabbar dan dia adalah seorang yang riwayatnya ditinggalkan (matruk)").
Belajar yang dimaksud disini adalah tidak hanya memahami tentang ilmu, namun juga tentang iman. Ilmu tanpa adanya iman adalah buta, dan iman tanpa adanya ilmu adalah bisu. Jadi, muslim harus memiliki keduanya, yang benar benar berimbang, beriman dan berilmu.
Oleh karena itu, terdapat perubahan bahwa, “ Tuntutan ilmu walau harus sampai ke negeri china”. Mengapa demikian, saya mempunyai sedikit penjelasan. Secara geografis, dataran China banyak sekali dataran dataran yang menjulang tinggi, seperti pegunungan dan perbukitan. Sementara itu, dewasa ini, transportasi yang memadai sangat diperlukan agar terlaksananya perekonomian yang berkembang. Nah, di China, banyak sekali jembatan jembatan yang tinggi dan tiang tiang nya bisa sangat panjang menusuk sangat dalam ke bumi, entah berapa kedalamannya. Kemudian, mayoritas barang barang, baik alat elektronik, maupun sejenis mainan. Contohnya adalah di Indonesia, banyak sekali kita temukan barang barang yang diimpor dari China. Nah, dari sebagian contoh tersebut dapat mencerminkan bahwa di China sebagian sarana dan prasarana sudah cukup baik, dan kuta harus mencontoh hal baik tersebut sebagai bagian dari belajar, belajar menjadi problem solver yang baik.
2. Belajar Menurut Al Qur’an
A.Cara Belajar Menurut Al Qur’an
Dalam kitab suci al Qur’an telah digariskan jika cara manusia belajar berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Belajar ini dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
a. Belajar dengan meniru (imitation)
Belajar dengan meniru ini dilakukan dengan mengamati hal-hal yang dianggap baik dan pantas untuk dilakukan. Biasanya belajar meniru ini dilakukan oleh anak-anak, tapi tak jarang juga orang dewasapun juga melakukannnya. Hal ini dikarenakan tingkat perkembangan manusia yang semakin kompleks.
Dalam al Qur’an belajar dengan meniru dapat dijumpai pada kisah qabil dan Habil. Ketika Qabil membunuh saudaranya, Habis Qabil tidak mengetahui bagaimana cara mengurus mayat saudaranya itu. Kemudian Allah mengutus burung gagak yang menggali tanah untuk saudaranya yang telah mati. Dari contoh tersebut Qabil belajar dengan cara meniru gagak untuk menguburkan saudaranya yang telah mati.
b. Belajar dengan pengalaman prektis dan trial and error
Manusia akan belajar cara menghadapi dan mencoba mengatasi berbagai problema kehidupan yang beragam, dengan pengalaman praktis trial dan error atau coba-coba. Dalam melakukan suatu hal yang baru, manusia senantiasa melakukan coba-coba agar tercipta suatu hal yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Perhatian al Qur’an dengan mendorong manusia untuk mengadakan observasi dan pemikiran terhadap alam semesta dan segala isinya.
c. Belajar dengan berpikir
Berpikir adalah salah satu cara manusia dalam memperoleh informasi. Dengan berpikir manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual dalam berpikir pula, manusia dapat menghadirkan solusi untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Sehingga berpikir ini di sebut sebagai proses belajar yang paling tinggi.
Dalam al Quran juga banyak ayat yang menjelaskan tentang perintah Allah bagi manusia untuk selalu menggunakan akalnya untuk memahami serta merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah dalam kehidupan ini. Antara lain yaitu QS.al Ghasyiah ayat 17-20,QS Qaf ayat 6-10,Qs al An’am ayat 95 dan QS. Al Anbiya ayat 66-67. Ada beberapa metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan metode diskusi, dialog, konsultasi, dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati 2005)
B. Prinsip -prinsip Belajar Menurut Al Qur’an
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan saat belajar menurut Al qur’an antara lain:
a. Prinsip Motivasi
Motivasi (motivation) merupakan hal yang sangat penting dalam belajar. Orang yang memiliki motivasi kuat, maka orang tersebut akan mencurahkan segala kemampuannya untuk mempelajari hal-hal tertentu, hingga ia mendapatkan atau mengetahuinya.
b. Prinsip Pengulangan
Dalam Al Qur’an terdapat banyak informasi yang diulang-ulang yang diungkapkan dalam berbagai ayat, baik yang redaksinya sama maupun mirip. Hal ini terutama terkait dengan informasi atau ayat-ayat tentang tauhid (keimanan), ibadah, hal-hal ghaib, serta kisah-kisah para nabi. Hal tersebut bertujuan untuk mengukuhkan hati para pembacanya.
c. Prinsip Perhatian
Perhatian merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Jika belajar lepas dari perhatian, maka akan terjadi pengaburan informasi yang diterima, sehingga informasi-informasi yang disampaikan tidak dapat diserap dengan baik.
d. Partisipasi Aktif
Tidak hanya pengetahuan tentang ibadah yang didorong dan wajib untuk diketahui, tapi juga bagaimana cara mengamalkan konsep ibadah yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari. Seorang hamba Allah, tidak cukup meyakini adanya Allah dan Dia_lah yang mengutus Rosul_Nya, tetapi ia juga wajib melaksanakan dan mempraktikkan keyakinan dalam bentuk amaliah ibadah, seperti shalat,, zakat , puasa,dll
e. Dilakukan Secara Bertahap
Penanaman keimanan (tauhid) tidak hanya dilakukan secara langsung, tapi mesti dilakukan secara bertahap (tadaruj/gradual),sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosi peserta didik. Hal itu sebagaimana Al Qur’an menanamkan hukum kepada manusia seperti dalam kasus pengharaman minuman keras (khamr) yang diungkapkan beberapa kali (tadaruj) dalam Al Qur’an.
3. Belajar Menurut Hadits
A. Cara belajar menurut Hadits
Selain Al Qur’an hadits juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra,
“ Barang siapa meniti jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR.Abu Daud dan Tirmidzi)
Jadi betapa pentingnya menuntut ilmu itu, dan mampu mengajarkan kepada orang lain, sehingga ilmu yang kita miliki itu mampu mengantarkan kita ke dalam surga.
Menurut Utsman Najati (2000:207) dalam bukunya yang berjudul al-Haditsun Nabawy wa Ilmu Nafs dinyatakan bahwa dalam hadits Nabi Muhammad Saw paling tidak terdapat 4 metode belajar yang telah diisyaratkan, yaitu:
a. Metode Peniruan (Imitation)
Metode ini dilakukan dengan meniru orang lain dalam mengerjakan sesuatu, melafalkan suatu bacaan,gaya berpakaian,dll. Metode ini tidak hanya dilakukan oleh kaum awam, tapi orang yang cerdas pun juga melakukannnya. Begitu juga dengan para sahabat yang mengerjakan berbagai ibadah dengan cara meniru ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
b. Metode Coba-coba (trial and error)
Metode ini juga sangat dianjurkan dalam hadits nabi untuk digunakan dalam belajar. Dimana manusia senantiasa melakukan percobaan (eksperimen) dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tidak jarang mereka melakukan kesalahan dalam memecahkan masalah, tapi ia terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya ia menemukan jalan keluarnya dengan tepat. Dan inilah yang dinamakan proses trial and error.
c. Metode Pengkondisian (Conditioning)
Metode ini digunakan jika ada stimulus indrawi yang merangsangnya, misalnya,jika ada anak kecil yang menjulurkan tangannya kenyala api, lantas nyala api itu membakar tangannnya, dan diapun merasakan sakit yang menyengat, maka seketika itu pula dia akan menarik tangannya. Jika anak itu melihat nyala api,secara otomatis ia akan menjauhi nyala api. Hal inilah yang dinamakan metode pengkondisian.
d. Metode Berpikir
Metode berpikir ini dapat dilakukan dengan cara merangsang aktivitas otak anak untuk berpikir. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan seputar tema-tema tertentu, agar anak tersebut berpikir bagaimana dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi.
B. Prinsip prinsip Belajar Menurut Hadits
Dalam hadits Nabi, terdapat beberapa prinsip belajar yang perlu diperhatikan, agar proses belajar tersebut dapat berjalan dengan baik. Prinsip-prinsip tersebut menurut Utsman Najati (2000:217-262) terdiri atas 7 prinsip yaitu:
a. Prinsip Motivasi
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam belajar, karena proses belajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya motivasi yang tinggi.
b. Memberikan Reward (penghargaan)
Reward (pemberian hadiah) ini dilakukan ketika seorang anak telah mampu mencapai target yang diinginkan, Tujuan diberikan reward ini supaya anak tetap semangat dalam belajar, dan lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Reward ini tidak selalu berupa hadiah, tapi juga bisa berupa pujian, tepuk tangan, senyuman, dll
c. Pembagian Waktu belajar
Prinsip pembagian waktu dalam belajar adalah bahwa proses belajar dilakukan dalam waktu yang jarang dengan melalui masa istirahat. Cara ini terbukti efektif diterapkan, karena mempermudah murid dalam menghafal materi dan menghilangkan rasa bosan dan kepayahan.
d. Repetisi (pengulangan)
e. Partisipasi aktif dan praktik ilmiah
Belajar akan lebih bermakna jika para siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya sebagai objek, tapi juga sebagai subjek didik yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan.
f. Konsentrasi
Konsentrasi sangat dibutuhkan dalam belajar, Seseorang dapat mencapai tingkat kesempurnaan jika memiliki konsentrasi yang baik, karena manusia tidak akan mampu belajar dengan baik jika tidak memiliki konsentrasi yang baik pula.
g. Belajar Secara Bertahap (Gradual)
Prinsip belajar secara bertahap (Gradual) merupakan suatu proses belajar yang dilakukan secara bertahap, tidak instan. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an dan Hadits Nabi, jika belajar itu diperoleh dengan proses secara bertahap, tidak instan.
Jadi, saya dapat menyimpulkan bahwa manusia adalah makhluk belajar yang dapat menangkap segala informasi, dan lingkungan adalah faktor terpenting kedua setelah keluarga dalam membentuk mind-set seorang manusia.
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam blog ini, semoga kita sahabat muslim muslimah senantiasa dalam lindungi dan kasih sayang Allah SWT, Aamiin.
Billahitaufik wal hidayah
Wassalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Sumber :
http://ustadzaris.com/pengaruh-lingkungan-pergaulan
https://iniwebhamdan.wordpress.com/2012/05/30/pengertian-belajar/
https://www.kompasiana.com/yunaeri/5563d78cb39373935bee6455/cara-belajar-menurut-islam
Comments
Post a Comment