PAI : Manusia Sebagai Makhluk Ibadah

Manusia Sebagai Makhluk Ibadah
Kamis, 27 September 2018 











Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh

Pertama tama marilah kita mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang mana karena limpahan rahmat dan hidayah nya kita masih diberikan kesehatan dan keselamatan.
Kedua, shalawat wa salam tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW., yang kita tunggu syafa’at nya pada akhir zaman.

Baik pembaca sekalian, untuk postingan saya yang ketiga ini yaitu membahas tentang “Manusia Sebagai Makhluk Ibadah” dalam memenuhi materi selama perkuliahan agama islam saya, yang semoga postingan saya lewat blog ini bermanfaat bagi kita yang membacanya, Aamiin.

Tugas manusia di dunia adalah ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: “Wa maa kholaqtul jinna wal insa illa liya’buduun[i]” - Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [QS 51 : 56]. Meskipun merupakan tugas, akan tetapi pelaksanaan ibadah bukan untuk Allah: “Maa ‘uriydu minhum mir-rizkin wa maa uriydu an yuth’imuun[i]” - Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. [QS 51 : 57], karena Allah tidak memerlukan apa-apa. Ibadah pada dasarnya adalah untuk kebutuhan dan keutamaan manusia itu sendiri.

Ibadah berasal dari kata 'abada yang arti bebasnya menyembah atau mengabdi merupakan bentuk penghambaan manusia sebagai makhluk kepada Allah Sang Kholiq [Pencipta]. Karena penyembahan atau pemujaan merupakan fitrah [naluri] manusia, maka ibadah kepada Allah membebaskan manusia dari pemujaan yang salah dan tidak dikehendaki oleh Allah. Sehingga yang mengabdi [manusia] disebut Abid, sedangkan yang disembah disebut Ma’bud.

Ibadah memiliki aspek yang sangat luas. Sehingga segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala, baik berupa perbuatan maupun ucapan, secara lahir maupun batin, semuanya merupakan [dan dapat disebut dengan] ibadah. Sedangkan lawan dari ibadah adalah ma'syiat.
Sehingga bentuk "Ibadah" ada dua :
[1] Ibadah Maghdhah [khusus]; Yaitu ibadah yang ditentukan cara dan syaratnya secara detil dan biasanya lebih bersifat RITUAL [misalnya : shalat, zakat, puasa, haji, qurban, aqiqah, dll].
[2] Ibadah 'Amah [Muamalah]; Yaitu ibadah dalam arti umum, sehingga segala bentuk perbuatan maupun setiap aktifitas kebaikan manusia yang dilandasi oleh niatan Akhlaso [kemurnian] semata-mata untuk mendapatkan ridho [restu] dari Allah merupakan perwujudan dari penghambaan dan pengabdian ataupun penyembahan kepada Allah. Misalnya : Mencari nafkah dalam bentuk aktifitas BISNIS, Hidup bermasyarakat [bertetangga], Pergaulan dengan Kerabat, Hidup bernegara, tolong-menolong, dll.

Sehingga kita jangan sampai terjebak untuk selalu membuat DIKOTOMI dan selalu mempertentangkan kata Ibadah yang selalu diidentikan hanya dengan kegiatan-kegiatan RITUAL. Sedangkan segala urusan Mua’amalah [kegiatan BISNIS ataupun bermasyarakat, bertetangga dan bernegara sekalipun] selalu diidentikan dengan urusan DUNIAWI belaka.
Kita sering tertipu sehingga selalu dirundung dalam keraguan, kebingungan serta kegalauan di saat menghadapi tuntutan agar memelihara “alat-Rezeki” yang telah diamanahkan oleh Allah kepada kita sebagai hamba-Nya secara KASAB untuk dijadikan sebagai “Ladangnya Akhirat” yang paling subur.

Selama kita masih ditempatkan oleh Allah dalam maqom [derajat] KASAB, belum sampai pada maqom TAJRID ya jalan saja secara harmoni setiap kegiatan "ibadah", baik yang khusus [ritual] maupun yang umum tanpa harus selalu menciptakan dikotomi yang membingungkan.
Karena sebenarnya yang lebih penting untuk diperhatikan adalah masalah Ibadah Mu’amalah, karena ternyata malah bentuk ibadah ini justru dijadikan sebagai tolok ukur dari kualitas nilai IHSAN dari setiap Ibadah Khusus [Ritual] yang telah kita lakukan selama ini.

Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27). Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus meyadari terhadap tujuan hidupnya. Dalam konteks ini, al-Qur’an menjelaskan, bahwa manusia memiliki bebrapa tujuan hidup, diantaranya adalah sebagai berikut;
Menyembah Kepada Allah (Beriman)
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan sendirinya. Manusia diciptakan oleh Allah, dengan dibekali potensi dan infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan, manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di hadapan Tuhan.

Dalam konteks ini, posisi manusia dihadapan Tuhan adalah bagaikan “hamba” dengan “majikan” atau “abdi” dengan “raja”, yang harus menunjukan sifat pengabdiaan dan kepatuhan.
Sebagai agama yang haq, Islam menegaskan bahwa posisi manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abdullah (hamba Allah). Posisi ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah, dengan cara menjalankan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan.

Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS. Al-Bayyinah ayat 5).
Makan beribadah sebagaimana dikemukakan di atas (mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah) merupakan makna ibdah secara umum. Dalam tataran praktis, ibadah secara umum dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan untuk menggapai keridlaan-Nya, seperti bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah dan lain sebagainya. Dengan demikian, misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah dapat diwujudkan dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari ridla Allah (mardlotillah).

Sedangkan secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan terhadap hukum syara’ yang mengatur hubungan vertical-transendental (manusia dengan Allah). Hukum syara’ ini selalu berkaitan dengan amal manusia yang diorientasikan untuk menjalankan kewajiban ‘ubudiyah manusia, seperti menunaikan ibadah shalat, menjalankan ibadah puasa, memberikan zakat, pergi haji dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan hidup manusia yang pertama adalah menyembah kepada Allah. Dalam pengertian yang lebih sederhana, tujuan ini dapat disebut dengan “beriman”. Manusia memiliki keharusan menjadi individu yang beriman kepada Allah (tauhid). Beriman merupakan kebalikan dari syirik, sehingga dalam kehidupannya manusa sama sekali tidak dibenarkan menyekutukan Allah dengan segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini (Syirik).


IBADAH MAHDHAH DAN GHAIRU MAHDHAH
Ibadah mahdhah ialah ibadah dalam arti sempit yaitu aktivitas atau perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya. Maksudnya syarat itu hal-hal yang perlu dipenuhi sebelum suatu kegiatan ibadah itu dilakukan. Sedangkan rukun itu hal-hal, cara, tahapan atau urutan yang harus dilakukan dalam melaksanakan ibadah itu.
Contoh Ibadah Mahdhah :
·         Salat
·         Puasa
·         Haji
  Artikel bertopik Islam ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

ibadah mahdhah, pada dasarnya, kita dilarang untuk melakukannya, kecuali jika terdapat dalil yang menunjukkan bahwa hal tersebut dituntunkan. Sehingga, siapa saja yang mengajak kita untuk melakukan suatu ibadah maka kita menuntutnya untuk membawakan bukti nyata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkannya.
Landasan kaidah ini adalah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عن عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Dari Bunda Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang melakukan amal ibadah yang tidak kami ajarkan, maka amal ibadah tersebut adalah amal ibadah yang tertolak.” (HR. Muslim, no. 4590)
Hadits ini jelas menunjukkan terlarangnya melakukan amal ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga, tidak semua perkara yang dikatakan oleh orang-orang sebagai ibadah boleh kita telan mentah-mentah, namun kita perlu bersikap selektif. Jika memang ibadah semacam itu dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka mari kita menjalankannya dengan penuh semangat. Akan tetapi, jika ternyata ibadah semacam itu (ibadah mahdhah) tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka hendaknya–dengan penuh kelapangan dada–kita tinggalkan hal tersebut, meski hal tersebut adalah peninggalan leluhur yang sangat kita hormati atau pendapat kiai yang sangat kita kagumi. Namun tentunya tidak ada kiai yg mengajarkan untuk merubah atau menambah / mengurangi ibadah mahdhah, karna mereka tau dan menguasai beberapa cabang ilmu agama. Jadi intinya contoh ibadah mahdhah adalah syahadatain, shalat, zakat, puasa, dan hajji, yg tertera dalam rukun islam, klu ibadah" tersebut harus dilakukan atas dasar ada perintah dan harus dilakukan sesuai perintah tersebut, sekali lagi tidak boleh dirubah , ditambah atau dikurangi...nah klu yg selain ibadah mahdhah tersebut,tidak perlu ada perintah , boleh dilakukan selama tidak ada larangan. Semoga kita semua faham dan bisa membedakan ibadah mahdhah dan ibadah mu'amalah agar kita tidak terus jadi korban pembodohan dan menyalahkan amalan orang lain.

 A. Pengertian Ibadah
Secara etomologis diambil dari kata ‘abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid,berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk  ibadah atau menghamba kepada-Nya:
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدونِ       الذريات 56
Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS. 51(al-Dzariyat ): 56).
B. Jenis ‘Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. ‘Ibadah Mahdhah,  artinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
وماارسلنا من رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء 64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…الحشر 7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
صلوا كما رايتمونى اصلى .رواه البخاري   . خذوا عنى مناسككم  .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:  Sabda Nabi saw.:
من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد . متفق عليه .  عليكم بسنتى وسنة الخلفآء الراشدين المهديين من بعدى ، تمسكوا بها وعضوا بها بالنواجذ ، واياكم ومحدثات الامور، فان كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة  . رواه احمد وابوداود والترمذي وابن ماجه ،  اما بعد، فان خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد  ص. وشر الامور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة . رواه مسلم
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
ذرونى ما تركتكم، فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختلافهم على انبيآئهم، فاذا امرتكم بشيئ فأتوا منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه . اخرجه مسلم
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1.Wudhu,
2.Tayammum
3.Mandihadats
4.Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
Rumusan Ibadah Mahdhah adalah
“KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)
2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah)  yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan  hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .  Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasulbid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional,  ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.  Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.


Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah

“BB + KA”
(Berbuat Baik +  Karena Allah)
3. Hikmah Ibadah Mahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana  untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya  (QS. 2: 144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.
c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.



Fara’idh (Mawarist)
Fara’idh (فرائض) adalah jama dari faridhah (فريضة) yaitu yang difardhukan. Fardhu menurut arti bahasa adalah “kepastian” atau taqdir (ketentuan), sedangkan menurut syara’ dalam hubungan dengan waris adalah bagian yang telah ditentukan untuk ahli waris. Kemudian kata ini menjadi istilah baku untuk waris (وراثة), yaitu harta peninggalan atau harta pusaka dari seseorang yang meninggal dunia, yang akan dibagikan kepada ahli waris menurut bagian tertentu.
Menurut hukum waris Islam, orang-orang yang berhak menerima harta waris (pusaka) terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu:
pertama: ahli waris laki-laki:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus ke bawah
3. Bapak
4. Kakek (datuk) dari bapak dan terus ke atas
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
10. Paman yang sekandung dengan bapak
11. Paman yang sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
13. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
14. Suami
15. Laki-laki yang memerdekakan budak
Apabila semua ada, yang mendapat waris hanya:
1. Anak laki-laki
2. Suami
3. Bapak
Kedua: ahli waris perempuan:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki dan terus kebawah
3. Ibu
4. Nenek/ibu dari ibu terus keatas
5. Nenek/ibu dari bapak
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Perempuan yang memerdekakan budak.
Apabila semua ada, yang mendapat waris hanya:
1. Istri
2. Anak perempuan
3. Cucu perempuan dari anak laki-laki
4. Saudara perempuan kandung
Apabila semua ahli waris baik laki-laki maupun perempuan yang tersebut di atas semuanya ada, hanya lima yang mendapat waris, yaitu:
1. Suami atau istri
2. Ibu
3. Bapak
4. Anak laki-laki
5. Anak perempuan
Pembagian harta waris termaksud dilaksanakan setelah selesainya hak dan kewajiban si pewaris, seperti washiyat dan hutang (QS. 4:11-12) serta biaya pengurusan mayat, zakat dan nadzar
Sedangkan yang menyebabkan tidak mendapat waris adalah:
1. Pembunuh, berdasarkan sabda Nabi SAW “Tidak berhak si pembunuh mendapat sesuatupun dari harta waris” –HR. An-Nasai—
2. Murtad
3. Kafir, berdasarkan hadits Nabi SAW: “Orang Islam tidak mewarisi orang kafir, demikian juga orang kafir tidak mewarisi orang Islam” (HR. Jama’ah ahli hadits)
4. Sama-sama mati dalam satu waktu.
Bagi orang yang meninggal kalaalah (orang yang tidak mempunyai anak –QS. 4:12–), atau orang yang tidak mempunyai anak dan orang tua (QS. 3:176), maka ketentuan harta peninggalannya (waris) sebagai berikut:
1. Jika orang yang meninggal, baik laki-laki dan perempuan, tidak mempunyai anak tetapi mempunyai ayah dan ibu dan mempunyai saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan, maka saudara laki-laki dan saudara perempuan itu masing-masing mendapat seperenam (1/6) bagian dari harta peninggalan.
2. Jika orang yang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan tidak mempunyai anak tetapi mempunyai ayah dan ibu dan mempunyai tiga orang saudara atau lebih (laki-laki atau perempuan, bahkan atau campuran laki-laki dan perempuan), maka semua saudara itu mendapat sepertiga (1/3) bagian dari harta peninggalan.
3. Jika saudara laki-laki yang meninggal tidak mempunyai anak dan orang tua, tetapi mempunyai seorang saudara perempuan, maka saudara perempuan itu mendapat setengah (1/2) bagian dari harta peninggalan.
4. Jika saudara perempuan yang meninggal tidak mempunyai anak dan orang tua, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki, maka ia mendapat setengah (1/2) bagian dari harta peninggalan.
5. Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan orang tua, tetapi mempunyai dua orang saudara perempuan atau lebih, maka mendapat dua pertiga (2/3) bagian dari harta peninggalan.
6. Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan orang tua, tetapi mempunyai saudara yang jumlahnya lebih daripada dua orang yang terdiri atas saudara laki-laki dan saudara perempuan, maka mereka mewarisi seluruh kekayaan, dengan perbandingan seorang saudara laki-laki mendapat bagian dua kali sebanyak bagian seorang saudara perempuan.
Untuk lebih mengetahui bagian-bagian yang mendapat harta waris lihat Ashabul Furudh, Ashobah,dan Awl.

Manusia Sebagai Makhluk Belajar

Ada satu kata atau istilah, yaitu “belajar” yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena aktivitas belajar itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti binatang misalnya. Karena aktivitas belajar pula yang mengantarkan seorang manusia menjadi berilmu, yang selanjutnya memosisikan manusia menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang ada di muka bumi ini. Karena belajarlah, manusia bisa bertahan hidup dan bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Karena belajarlah, manusia bisa memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi. Karena belajarlah, manusia bisa mengembangkan budayanya, dan karena belajar pula, manusia bisa menguasai alam dan bisa mengubah wajah dunia ini.
Coba kita perhatikan bagaimana kehidupan binatang, apapun jenisnya. Binatang hanya mengandalkan instink untuk dapat memenuhi hidupnya dan mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupan binatang dari waktu ke waktu hanya begitu-begitu saja. Tidak ada binatang yang mampu mengembangkan kreativitas untuk memperbaiki derajat kehidupannya. Persoalan ada binatang yang dianggap pandai, sehingga dapat mengikuti perintah manusia, itu juga hanya sebatas instinknya saja, bukan hasil belajar.
Dalam kehidupan manusia, belajar adalah kata kunci yang menjadi ciri sekaligus potensi bagi umat manusia. Belajar telah menjadi atribut manusia. Potensi belajar merupakan kodrat sekaligus fitroh bawaan sebagai karunia dari Sang Maha Pencipta, Allah, swt. Belajar adalah kebutuhan hakiki dalam hidup manusia di muka bumi ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah “energi kehidupan” umat manusia yang dapat mengusung harkat kemanusiaannya menjadi sosok beradab dan bermartabat.
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh  berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat. Sebagaimana telah dituntunkan dalam Islam, belajar seharusnya sejak dalam buaian sampai ke liang lahat, minal mahdi ilal lahdi, from cradle to the grave.
Teori sains terakhir bahkan mengungkapkan bahwa calon manusia telah mulai belajar saat juataan sperma berjuang mencapai ovum dalam uterus. Jutaan sperma itu seolah saling berjuang, berebut dan berlomba mencapai ovum, banyak di antaranya yang gugur di tengah jalan. Uniknya, satu atau dua sperma ( pada kasus kembar tidak identik ) mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sisa ribuan sperma yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah di buahi. Ternyata …yang bermula dari satu atau dua sperma itu adalah kita, dan kitalah yang menjadi pemenangnya sebagai buah dari proses belajar, setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan. Demikianlah, calon manusia ini telah belajar berjuang, beradaptasi, bersaing, tetapi juga bekerja sama dan berkurban untuk kepentingan sesama.
Secara teoritik, belajar dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dengan demikian buah dari proses belajar tersebut dapat berupa bertambahnya pengetahuan, adanya peningkatan keterampilan, semakin sempurnanya perilaku dan sikap serta semakin matang kepribadian. Dalam konteks proses  memperoleh pengetahuan, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman ( experience ). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan ( knowledge ). Dalam perspektif sains, ada anggapan bahwa pengetahuan sudah terserak dan tersebar di alam semesta ini, tinggal bagaimana manusia bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan. Begitu pentingnya makna pengalaman yang berujung pada terjadinya pengendapan akan pengetahuan, sehingga muncul pepatah : pengalaman adalah guru yang paling baik,  experience is the best teacher, dalam pepatah Minangkabau dinyatakan dengan sebutan ; alam takambang menjadi guru atau alam berkembang menjadi guru.
Pada dasarnya semua manusia pernah mengalami atau memiliki pengalaman belajar yang sangat menakjubkan. Ketika bayi, kita mulai belajar menggerak-gerakkan organ tubuh, belajar mengidentifikasi, belajar berbicara, belajar berjalan dan sebagainya, nyatanya kita bisa bergerak, bisa mengenal lingkungan, bisa berbicara, dan bisa berjalan dengan sempurna. Artinya kita telah mampu berjuang menghadapi berbagai tantangan dalam belajar, seperti berkali-kali jatuh ketika belajar berjalan namun akhirnya berhasil dan sukses. Demikian pula ketika belajar naik sepeda, berapa kali kita jatuh dan terluka, namun kita tetap belajar terus tanpa menyerah dan akhirnya kita bisa naik sepeda bahkan berbagai kendaraan lainnya. Itu semua adalah pengalaman sukses belajar. Dalam berbagai sisi kehidupan lainnya masih banyak lagi pengalaman sukses belajar yang telah dan terus akan kita alami dari hari ke hari.
Akan tetapi dalam perkembangannya, manusia termasuk kita semua sering melupakan pengalaman sukses tersebut, atau barangkali justru tidak menyadari bahwa apa yang kita alami itu sebagai buah dari sukses belajar, sehingga tidak tumbuh keinginan untuk mengulangi dan menghadirkan sukses-sukses berikutnya dalam kehidupan yang lebih luas. Dari uraian di atas, dapat kita tarik bahwa sebenarnya aktivitas belajar merupakan suatu kebutuhan, bukan beban, bahkan setiap diri manusia telah dibekali potensi untuk mampu belajar ( dalam arti luas ).
Jikalau roh belajar tersebut sudah terpatri dalam setiap individu dan menjadikan belajar sebagai kebutuhan ( need ), niscaya budaya belajar ( learning culture ) dapat terbangun dan terwujud.
Jika budaya belajar sudah mengkondisi dalam suatu masyarakat sekolah ( school community ) niscaya prosesi ujian nasional, ulangan akhir semester atau eveluasi apapun tidak akan memicu kegalauan bagi para siswa, orang tua, maupun sekolah itu sendiri. Untuk itu upaya membangkitkan semangat belajar ini senantiasa menjadi tema yang menarik untuk didiskusikan.
Salah satu resep yang paling mujarab dalam membangun spirit belajar ini adalah dengan menumbuhkan dan membangun kesadaran dari dalam diri masing-masing, karena motivasi dari dalam lebih memiliki makna yang kuat dibanding dengan dorongan apalagi paksaan dari luar. Ingat falsafah telur ? sebuah telur yang pecahnya dari dalam ( karena dierami induknya ) niscaya akan membuahkan seekor makhluk baru, artinya ada buah yang berupa “kehidupan”, dan setiap kehidupan mesti akan memberi harapan. Lain halnya jika telur tersebut pecahnya dari luar, maka yang terjadi adalah kehancuran. Demikian pula dalam hal belajar, jika dorongan belajar berasal dari dalam diri setiap individu, tentu akan timbul pencerahan dan harapan. Akan tetapi kalau belajar harus dipaksa dari luar, yang terjadi adalah keterpaksaan yang pada gilirannya akan memicu kehancuran.
Untuk itu tulisan ini sengaja diangkat teriring harapan, semoga dapat menjadi referensi dalam menumbuhkan spirit belajar dari dalam diri bagi siapapun, baik siswa, guru, orang tua atau pembaca lainnya. Begitu indahnya makna belajar dalam kehidupan manusia dan begitu pentingnya mendorong spirit belajar sebagai identitas kemanusiaan, kiranya kita perlu merenungi pepatah China berikut :
Jika anda mempunyai rencana kehidupan satu tahun, tanamlah padi;
 jika anda mempunyai rencana kehidupan sepuluh  tahun, tanamlah pohon;
dan jika anda mempunyai rencana kehidupan sepanjang hayat, maka belajar, belajar , dan belajar.


7 Tanda Kebesaran Allah SWT
Beberapa tanda tanda di alam semesta, mengingatkan manusia terhadap kebesaran allah SWT. Baik tanda melalui cuaca, peristiwa ataupun benda benda. Dengan fenomena fenomena ini tentu membuat masyarakat terkagum dan semakin meyakini atas tanda tanda kebesaran allah SWT.

Fenomena fenomena alam ini memang tak sebaiknya diartikan berlebihan. Justru kehadiran fenomena ini menjadi peringatan bagi kita untuk semakin mempertebal keimanan dan ketakwaan kita kepada allah SWT. Berikut ini informasi tentang 7 kebesaran Allah SWT

Pohon Seperti Orang Rukuk

Dihutan Sydney Australia ada sebuah pohon dengan bentuk sangat unik. Pohon ini sangat berbeda dengan pohon pohon di sekelilingnya. Bentuk pohon ini sangat menyerupai gerakan rukuk dalam sholat. Dari samping terlihat bentuk kepala,tangan dan tubuhnya benar benar terlihat sebagai seorang yang sedang menunaikan ibadah.

Hebatnya, manusia pohon ini menghadap langsung kea rah kliblat. Posisi ini layaknya seperti orang muslim pada umumnya ketika menunaikan ibadah sholat.

Sumur Bertasbih
Warga Desa Lubukrukam Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) digegerkan oleh adanya sumur bertasbih. Konon dari dasar sumur ini, terdengar suara orang bertasbih. Oleh karena itulah sumur ini populer dengan sebutan sumur bertasbih.

Sumur ini kemudian menjadi ramai di kerubungi warga sekitar yang ingin membuktikan kebenarannya. Bahkan warga harus rela antri agar bisa mendekat ke bibir sumur. Keajaiban di dasar ini adalah salah satu kebesaran allah swt yang mengingatkan warga akan keberadaanya yang maha kuasa.

Tentu saja keajaiban ini jangan sampai disalah artikan hingga dapat mengakibatkan kemusrikan umat manusia terhadap allah swt.

Ka’bah Bersinar di Luar Angkasa
Ka’bah merupakan bangunan suci umat islam berbentuk menyerupai bentuk kubus yang terletak di tengah masjidil haram di mekkah. Ka’bah menjadi patokan arah kiblat bagi kaum muslimin untuk melakukan hal hal ibadah terutama sholat. Sebuah tanda kebesaran allah Swt terjadi ketika wilayah masjidil haram terlihat bercahaya dari luar angkasa. hal ini diungkapkan oleh seorang astronaut india bernama sunita wiliam.

Bahkan foto ka’bah yang diambil dari satelit nasa atau badan antariksa amerika serikat menunjukkan hal yang sama. Wilayah masjidil haram terlihat bercahaya dibanding daerah daerah lain di mekkah. Selain itu masjid nabawi di madinah pun memiliki keajaiban yang sama.


Al-Qur’an Tertua di Asia Tak Bisa Terbakar
Ada sebuah kisah unik mengenai al-quran tertua di asia. Al-quran yang terletak di kabupaten alor, nusa tenggara timur ini menyimpan sebuah kisah yang mungkin menjadi salah satu bukti akan kebesaran allah swt. Saat itu terjadi kebakaran hebat di sebuah rumah yang menjadi tempat penyimpanan al-quran milik kesultanan ternate ini. namun anehnya, meski seluruh rumah beserta isinya hangus terbakar. Kitab suci ini tidak terbakar. Hingga saat ini kitab suci al-quran ini tetap terjaga rapi.

Sungai di Bawah Laut Tanda Kebenaran Al-Quran
Seorang ahli kelautan bernama Jacques Yves Costeau melakukan penelitian di dasar laut meneliti sebuah fenomena mengagumkan dibawah laut Cenota Angelita, Mexico. Disinilah allah menunjukkan kebesarannya. Costeeau dikejutkan dengan adanya air tawar diantara air laut yang asin. Penemuannya ini membuatnya takjub, rasa ingin tahunya membuat Jacques menyelam lebih dalam. Ia pun menemukan fenonema alam yang mengejutkan berupa sungai didasar laut.

Sungai tersebut ditumbuhi daun daunan pohon. Para peneliti menyebutnya sebagai lapisan Hidrogen Sulfida. Peristiwa ini telah dijelaskan didalam al-quran. Pada surat al-furqon ayat 53 dan juga surat ar-rahman ayat 19-21. Ayat ini menjelaskan secara jelas mengenai dua pertemuan antara air tawar dan air asin.

Astronot Mendengar Suara Adzan dari Luar Angkasa

Tanda kebesaran allah berikut dialami oleh seorang astronot muslim asal Malaysia bernama Sheikh Muszaphar Shukor. Ia mengorbit di angkasa pada 10 oktober 2007 silam bersama pesawat luar angkasa milik rusai soyuz.

Ia mengorbit bertepatan dengan bulan ramadhan. Syukron tetap menjalankan ibadahnya selama di luar angkasa. ajaibnya, selama di luar angkasa syukhron mengaku mendengar adzan berkumandang. Tentu saja hal ini memudahkan dirinya menjalankan sholat. Hal ini terdengar mustahil. Mengingat dalam ruang hampa dan jauh dari bumi, adzan terdengar hingga luar negeri. Namun itulah tanda kebesaran allah yang ditunjukkan terhadap hambanya.

Pepaya dengan Lafadzh Al-quran
Tanda kebesaran allah juga Nampak pada munculnya lafadzh allah di buah papaya banyuwangi. Buah milik fauzi ini berisi gumpalan daging buah papaya dan membentuk kaligrafi arab bertuliskan allah swt. Keberadaan lafadzh allah baru disadari fauzhi ketika ia akan memasak papaya ini untuk dijadikan sayur.
Setelah mengetahui keunikan pada buah pepayanya ini, akhirnya fauzhi dan sang istri mengurungkan niatnya untuk memasak sayur papaya. Meski demikian, keluarga fauzhi tetap menyadari kebesaran allah dan tidak ingin mengkeramatkan buahnya tersebut.



MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
a.       Apakah kebudayaan?
Pengertian kebudayaan ditinjau dari bahasa sansakerta “budhayah” (jamak), budhi=budi/akal. Jadi kebudayaan adalah hasil akal manusia untuk mencapai kesempurnaan EB. Taylor mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan serta yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Atau diartikan pula segala sesuatu yang diciptakan manusia baik materi maupun non material melalui akal. Budaya itu tidak diwariskan secara generative (biologis) tapi melalui belajar.
Menurut Koentjaraningrat: kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
b.      Apakah makhluk budaya?
Makhluk budaya artinya makhluk yang berkemampuan melakukan hal-hal yang positif, menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
c.       Menjelaskan, membuktikan, memberikan contoh bahwa manusia makhluk berbudaya!
Manusia sebagai makhluk berbudaya berarti manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dari makhluk lain, yaitu manusia memiliki akal yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya, manusia mengarahkan perilakunya dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan. Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai makhluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematik budaya yang berkembang dimasyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan makhluk biologis saja, namun juga sebagai makhluk sosial, ekonomi, politik, dan makhluk budaya.
Bukti bahwa manusia makhluk berbudaya adalah kita dapat mengembangkan potensi perilau yang baik untuk bergaul dengan masyarakat dan lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya dengan cara mengenal, memahami, dan menghargai budayanya sendiri. Mengembangkan sikap sopan, ramah, dan rendah hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan budayawan, lingkungan sosial. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang berbudaya dalam pergaulan dunia.
Contoh-contoh yang menentukan manusia sebagai makhluk berbudaya, misalnya kebiasaan masyarakat untuk mengadakan sholawatan dalam rangka menyambut maulid nabi besar Muhammad SAW, budaya bau nyale di wilayah Nusa Tenggara Barat, saweran pada acara pernikahan, dan berbagai macam budaya lain di Nusantara ini yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan karena kepercayaan mereka kepada nenek moyang mereka sekaligus sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk berbudaya.
d.      Pengaruh kebudayaan bagi kehidupan manusia
Kebudayaan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peranan hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan mimik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.
Dengan hasil budaya manusia, maka terjadi pula kehidupan. Pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak sosial. Dengan memfungsikan akal budinya dan pengetahuan kebudayaannya, manusia bisa mempertimbangkan dan menyikapi problema budayanya.
Kebudayaan diciptakan manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka mempertahankan hidup serta meningkatkan kesejahteraannya.

“Manusia Sebagai Makhluk Sosial”
           Manusia dikatakan mahluk sosial yaitu mahluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Seringkali didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Misalnya, orangkaya cenderung berteman dengan orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis, cenderung mencari teman sesama artis.
           Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.  Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya. Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus belajar dari manusia lainnya.
           Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a.         Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.         Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c.         Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.         Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

          Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1.         Dorongan untuk makan.
2.         Dorongan untuk mempertahankan diri.
3.         Dorongan untuk melangsungkan jenis.
          Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari:
1.         penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2.         penghematan tenaga dimana ini merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

         Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosialadalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1. Tekanan emosional, ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama     lain.
2. Harga diri yang rendah, ketika kondisi seseirang berada di dalam kondisi yang direndahkan maka aka memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih sayang dari orang lain atau dukungan moral untuk kondisi seperti semula
3. Isolasi Sosial, orang yang terisolasi harus berinteraksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk situasi yang harmonis.
             Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
            Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

            Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kantmengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekana
Manusia Sebagai Makhluk Moral
Cooley berpendapat bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap.Pada tahap pertama, seseorang mempunyai presepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
Tahap kedua, seseorang mempunyai presepsi mengenai penilaian orang lain terhadap orang lain terhadap penampilannya.
Tahap ketiga, seseorang mempunyai perassaan terhadap apa yang dirasakannyt yang tinggi ua sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Contohnya : seseorang cenderung memperoleh nilai rendah misalnya 5 atau 4 dalam ujian-ujian semesternya, misalnya bahwa para guru di sekolahnya menganggapnya ia bodoh. Ia merasa pula bahwa karena ia dinilai bodoh maka ia kurang di hargai para gurunya. Karena merasa kurang di hargai, siswa tersebut menjadi murung. Jadi disini perasaan diri sendiri seseorang merupakan pencerminan diri penilaian orang lain (looking-gass self)
             Salah satu peranan dikaitkan dengan sosialisasi oleh teori george herbert mead.l dalam teorinya yang diuraikan dalam buku mind, self, and society (1972), mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggita masyarajat lain. Menurut mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other.
Play stage = seseorang mulai belajar mengambil pernana orang-orang yang berada di sekitarnya atau bisa di sebut tahap meniru
Game stage = anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Generalized other = seseorang diangap telah mampu mengambil pernan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat.
             Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk sosialisasi, Seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan
Light et al. (1989 : 130) mengumumkan bahwa setekah sosialisasi dini yang dinamakan sosialisasi primer kita jumpai sosialisasi sekunder.
Berger dan luckmann (1967) mendefinisikan sosialisasi primer = sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil melalui mana ia menjadi anggota masyarakat
             Sedangkan sosialisasi sekunder mereka mendefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan kedalam sektor bary dari dunia objektif masyarakatnya. Sosialisasi perimer berakhir apabila konsep tentang orang lain pada umumnya telah berentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Karena manusia adalah mahluk sosial, mereka berinteraksi dengan yang lain tidak selamanya interaksi itu berjalan dengan baik, terkadang menimbulkan hal-ha lain yang negatif.
             Sifat-sifat negatif yang sering ditampilkan itu disebut prasangka (lrejudice). Prasangka merupakan suatu istilah yang mempunyai berbagai makna. Namun dalam keitannya dengan hubungan antarkelompok istilah ini mengacu pada sikap permusuhan yang ditujukan terhadap suatu kelompok tersebut mempunyai ciri-ciri yang tudak menyenangkan.
          Orang yang berprasangka bersifat tidak rasional dan berada di bawah sadar sehingga sukar diubah meskipun orang yang berprasangka tersebut diberi penyuluhan.
Manusia sebagai makhluk moral yang mendiami ruang spiritual ditandai dengan kemampuannya memahami, merasakan, dan memberi respon terhadap fakta-fakta moral.
Fakta-fakta moral ini dapat kita pahami melalui sebuah fakultas yang disebut kesadaran moral.
Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral, bukan oleh emosi atau naluri.
Misalnya, prinsip moral ini: kita berpuasa karena Allah! Meskipun berpuasa mengabaikan kebutuhan biologis dengan menahan lapar dan haus, namun kemampuan berpuasa yang mengambil kekuaran dari ranah spiritual itu, sekaligus menunjukkan identitasnya sebagai manusia moral dan mendemonstrasikan ketangguhan moralnya.
Ketangguhan moral dan karakter yang berkembang menuju keilahian, ditingkat kerja, menghasilkan kinerja-kinerja berskala dunia atau sukses berskala peradaban.
 Tugas tambahan
Meneladani Sifat-sifat Rasulullah SAW.
1.  Meneladani Sifat Siddiq 
        Untuk menel;adani sifat siddiq, dalam kehidupan sehari-hari dapat diusahakan dengan cara selalu berkata benar, tidak berbohong dalam berbicara dengan siapa pun. Benar dalam hati, ucapan, dan tindakan. Rasulullah saw, selama hidupnya tidak pernah berbohong, baik terhadap para sahabatnya maupun terhadap musuhnya.

    2.  Meneladani Sifat Amanah
          Amanah artinya dapat dipercaya. Apabila kamu pipercaya melakukanb sesuatu sebaiknya dapat dipercaya, sehingga tugas apa pun selalu dikerjaan dengan baik dan benar.

    3.  Meneladani Sifat Fatanah
           Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia, tetapi tidak merata. ada yang cerdas dan ada pula yang tidak cerdas. Dalam meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh dalam belajar atau menuntut ilmu.

    4.  Meneladani Sifat Tablig
           Menyampaikan sesuatu yang benar kepada sesama manusia termasuk salah satu upaya untuk meneladanisifat tablig. Mnyampaikan kebenaran dan mencegah kemaksiatan yang dilakukan oreang lain biasanya mengandung risiko. Keberanian melakukan ini merupakan salah satu perbuatan yang mulia. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, ketika berdakwah. Beliau seringkali disambut dengan cemooh, hinaan, bahkan lemparan batu dan kotoran unta. Ini semua dilakuakan semata-mata karena perintah Allah swt.

Mengambil Hikmah dari Kisah Rasul Ulul Azmi

Artinya : “maka bersabarlah kamu Muhammad seperti orang-orang yang mempunyai hati dari rasul-rasul yang telah bersabar” (Al-Qur’an surat Al-Ahqaf. 35)

Kalau kita simak dari ayat tersebut maka Ulul ‘azmi artinya orang-orang yang memiliki kemauan yang kuat dan teguh. Jadi ulul ‘azmi adalah semua rasul yang diatur oleh Allah SWT, karena pada dasarnya semua rasul mempunyai kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan, godaan dan halangan ketika menjalankan tugasnya. Dimana Nabi dan Rasul yang paling tinggi derajatnya dan paling utama adalah nabi Muhammad SAW, kemudian nabi dan rasul yang termasuk ulul’ azmi yang lain, setelah itu rasul-rasul setelah ulul ‘ azmi, yang terakhir adalah para nabi yang tidak menjadi rasul.
Sebagai contoh kisah para ulul ‘ azmi antara lain :
1.     Seperti kisah nabi nuh As yang menerima ujian dari kaumnya yang batu, bahkan istri dan anaknya yang bernamakan termasuk orang yang ingkar.
2.    Bagaimana kisah nabi Ibrahim As diperintah oleh Allah SWT dalam mimpinya untuk menyembelih anak kesayangannya ismail.
3.    Kisah nabi musa As yang diperintahkan berguru pada nabi khaidir As, karena ilmu pengetahuan itu tidak hanya dimiliki oleh seorang rasul saja, tetapi mungkin ada orang lain yang lebih pandai.
4.    Kemudian kisah nabi Isa As, yang di tuduh oleh orang yahudi sebagai pengkhianat dan telah memecah belah umat yahudi.
5.    Dan kemudian yang utama kisah nabi Muhammad SAW yang salah satu kisahnya adalah nabi Muhammad SAW  tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Karena ketika beliau masih dalam kandungan ibunya ayahnya meninggal dunia. Dan ketika umur 6 tahun ibunya pun meninggal dunia.

Dari kisah-kisah tersebut dapat kiranya kita ambil hikmah yang dapat kita petik antara lain :
1.     Para rasul ulul ‘ azmi adalah orang-orangyang sangat sabar tabah menerima segala godaan dan cobaan , seberat apapun cobaan dan godaan itu. Sifat sabar dan tabah ini hendaklah kita jadikan pegangan dalam menjalin kehidupan kita untuk memperoleh ketenangan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
2.    Para rasul ulul ‘ azmi adalah orang yang ikhlas menjalankan perintah Allah SWT. Sifat ikhlas perlu kita teladani karena dengan keikhlasan, pekerjaan apapun seberat apapun tidaklah terasa sebagai suatu beban.
3.    Para rasul ulul ‘ azmi adalah orang tekun, tak kenal menyerah dan tak kenal putus asa. Walaupun telah sekian lama berdakwah mnyeru umatnya ke jalan Allah, tetapi hanya sedikit yang mengikuti, mereka tidak berhenti berdakwah jika cara yang satu tidak memperoleh hasil maka dicoba dengan yang lain.
4.    Para rasul ulul ‘ azmi adalah terkenal memiliki sifat pemaaf, bahkan mereka bedoa agar orang-orang yang telah menyakiti mereka diberi petunjuk oleh Allah SWT.

Jadi alangkah indahnya hidup ini jika kita dapat meneladani dan mengambil hikmah dari sifat para rasul ulul ‘ azmi. Hubungan antara sesama teman, tetangga, bahkan dengan orang yang berbeda keyakinan sekalipun pasti akan tercipta suatu kerukunan, penuh persahabatan, dan kebersamaan, karena tidak ada sedikitpun perasaan dendam dan sakit hati.




Sumber :


http://yulyantyyyy.blogspot.com/2015/12/manusia-sebagai-makhluk-ibadat.html?m=1

Comments

  1. Intinya kita harus sadar sebagai manusia kita tidak boleh arogan dan harus saling membantu satu sama lain dan kita juga harus sadar jika hidup itu sesaat dan semua yang ada dan kita miliki hanya sesaat belaka maka dari itu perbanyaklah ibadah sebanyak anda bermain mobile legend , thanks kak infonya ditunggu kunjunganya di blog saya

    ReplyDelete

Post a Comment

loading...

Popular posts from this blog

PAI : Kewajiban Belajar

PAI : Ibadah Mahdhah

PAI : Manusia Makhluk Sosial

Qunut

PAI : Manusia Makhluk Belajar (Part 2)