PAI : Manusia Makhluk Moral
Manusia Makhluk Moral
17 Desember 2018
Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Pertama tama marilah kita mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT., yang mana karena limpahan rahmat dan hidayah nya kita masih diberikan kesehatan dan keselamatan.
Kedua, shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita tunggu tunggu syafa’at nya pada akhir zaman.
Baik pembaca sekalian, saya disini akan sedikitnya menjelaskan tentang materi yang berjudul, " Manusia Makhluk Moral", semoga bermanfaat. Aamiin.
Moral berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut moral. Jadi suatu moral melekat dengan nilai dari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari nilai. Hanya barangkali sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam perilaku seorang anak atau sekelompok anak memungkinkan berada dalam kondisi tidak jelas. Manusia yang hidup di dunia ini berjumlah ratusan miliar dan terus berkembang dengan pesat. Angka kelahiran dan kematian terus meningkat tetapi seimbang tetapi terkadang jumlah kelahiran lebih cepat meningkat.
Dengan meningkatnya angka kelahian secara otomatis maka jumlah penduduknya makin meningkat. Banyak sekali generasi muda pada zaman sekarang sangat kurang dalam penilaian sikap dan tingkah lakunya kepada para orang tua dan pada teman seumurannya.
Banyak dari generasi muda saat ini telah rusak dan tidak sopan atau hormat kepada orang tua atau sesorang yang umurnya lebih tua dari dirinya. Hal ini di sebabkan karena tidak adanya pengarahan moral yang di berikan ke pada anak tersebut.
Etika Islam (bahasa Arab: أخلاق إسلامية) atau "Adab dan Akhlak Islamiyah" adalah etika dan moral yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad SAW, yang di dalam akidah Islamiyah dinyatakan sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya.
Akhlak memiliki makna yang sama dengan Adab, dan terbagi menjadi dua yaitu akhlak yang terpuji (akhlaq mahmudah) dan akhlak yang tercela ("akhlaq madzmumah").
Akhlak secara bahasa maknanya adalah perangai atau tabiat, yaitu gambaran batin yang dijadikan tabiat bagi manusia.
Pengertian akhlak menurut Imam Al-Qurthubi: "Akhlaq adalah sifat-sifat seseorang, sehingga dia dapat berhubungan dengan orang lain. Akhlak ada yang terpuji dan ada yang tercela. Secara umum makna akhlak yang terpuji adalah engkau berhias dengan akhlak yang terpuji ketika berhubungabn dengan sesama, dimana engkau bersikap adil dengan sifat-sifat terpuji dan tidak lalim karenanya. Sedangkan secara rinci adalah memaafkan, berlapang dada, dermawan, sabar, menahan penderitaan, berkasih sayang, memenuhi kebutuhan hidup orang lain, mencintai, bersikap lemah lembut dan sejenis itu. Sedangkan Akhlak yang tercela adalah sifat-sifat yang berlawanan dengan itu."
Sedangkan pengertian Adab (Akhlak) yang tercela adalah kebalikannya.
Pengertian moral dalam Hurlock (Edisi ke-6, 1990) : mengatakan bahwa perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Pengertian moral menurut Webster New word Dictionary (Wantah, 2005) : bahwa moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku.
Dian Ibung : bahwa moral adalah nilai (value) yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah laku seseorang.
Maria Assumpta : pengertian moral adalah aturan aturan (rule) mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai manusia. Hal ini mirip bila dikatakan bahwa orang yang bermoral atau dikatakan memiliki moral adalah manusia yang memanusiakan orang lain.
Bapak Sonny Keraf : bahwa moral merupakan sebuah tolak ukur. Moral dapat digunakan untuk mengukur kadar baik dan buruknya sebuah tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat (member of society) atau sebagai manusia yang memiliki posisi tertentu atau pekerjaan tertentu.
Bapak Zainuddin Saifullah Nainggolan : bahwa pengertian moral adalah suatu tendensi rohani untuk melakukan seperangkat standar dan norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat. Pengertian moral kali ini erat hubungannya dengan akhlak manusia ataupun fitrah manusia yang diciptakan memang dengan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Bapak Imam Sukardi : bahwa pengertiam moral adalah kebaikan kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran ukuran tindakan yang diterima oleh masyarakat atau umum, meliputi kesatuan sosia maupun lingkungan tertentu. Disini, dapat anda perhatikan bahwa pengertian moral selalu dihubungkan dengan adat istiadat suatu masyarakat.
Menurut Wantah (2005) : Moral adalah sesuatu yang harus dilakukan atau tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk menentukan siapa yang benar dan perilaku yang baik dan buruk.
Menurut W. J. S. Poerdarminta : Menyatakan bahwa ajaran moral dari perbuatan baik dan buruk dan perilaku.
Menurut Dewey : Mengatakan bahwa masalah moral yang berkaitan dengan nilai-nilai moral.
Menurut Baron dkk : Mengatakan bahwa moral yang terkait dengan pelarangan dan mendiskusikan tindakan yang benar atau salah.
Menurut Magnis-Susino : Mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik orang miskin sebagai manusia, sehingga aspek moral kehidupan manusia dalam hal kebaikan sebagai manusia.
Manusia juga disebut sebagai mahkluk yang bermoral. Moral merupakan aturan berperilaku tentang sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Di masyarakat kita ada aturan aturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengarahkan manusia untuk bergaul, berpakaian, bersikap, dan lain lain.
Dalam melakukan kegiatan sosial dan ekonominya, manusia hendaknya taat terhadap moral yang berlaku di masyarakat aga tidak merugikan pihak lain.Aturan tersebut bisa berkaitan dengan norma agama maupun norma kemasyarakatan. Contoh tindakan yang bermoral adalah berhemat, menggunakan sumber daya alam dengan baik, jujur, mengkonsumsi barang yang halal, menghargai sesama pemakai jalan, dan memelihara kelestarian alam. Apakah aturan lalu lintas yang kalian lihat pada gambar di halaman ini? Bisakah kalian menyimpulkan keberadaan atau hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral? Makhluk ekonomi yang bermoral? Makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral? Manusia memiliki salingketergantungan satu sama lain, setiap orang membutuhkan kehadiran dan bantuan oranglain dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut, manusia diharapkan tetap memperhatikan aturan sosial yang berlaku di sekelilingnya dan menggunakan ilmu ekonomi yang baik sehingga tindakannya tidak merugikan orang lain. Misalnya Bu Laras adalah seorang pedagang. Ia bekerja dengan jujur dan tekun dalam melayani pembelinya karena sadar bahwa pembeli akan memberinya penghasilan sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Ia memberikan timbangan yang sesuai, melayani dengan ramah setiap pembelinya.
Terdapat banyak dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menyebutkan tentang tingginya kedudukan seseorang yang beradab dan berakhlak yang baik, di antaranya:
Dari Al-Qur'an:
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
Pada dasarnya nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani manusia. pertama, berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesame sebagai bagian dari masyarakat. kedua, menarik perhatian pada permaslahan-permasalahan moral yang kurang ditanggapi manusia. Ketiga, dapat menjadi penarik perhatian manusia kepada gejala “Pembiasaan emosional”
Selain itu fungsi dari nilai, moral dan hukum yaitu dalam rangka untuk pengendalian dan pengaturan. Pentingnya system hukum ialah sebagai perlindungan bagi kepentingan-kepentingan yang telah dilindungi agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan karena belum cukup kuat untuk melindungi dan menjamin mengingat terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak teratur.untuk melindungi lebih lanjut kepentingan yang telah dilindungi kaidah-kaidah tadi maka diperlukanlah system hukum. Hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan nyata berlaku dalam masyarakat , disebut hukum positif.
Istilah hukum positif dimaksudkan untuk menandai “diferensi”(perbedaan) dan hukum terhadap kaidah-kaidah lain dalam masyarakat tampil lebih jelas tegas, dan didukung oleh perlengkapan yang cukup agar diikuti oleh anggota masyarakat .sebagai attribut positif ini ialah:
Bukanlah kaidah social yang mengambang atau tidak jelas bentuk dan tujuannya sehingga dibutuhkan lembaga khusus yang bertujuan merumuskan dengan jelas tujuan yang hendak dicapai oleh hukum.
Bahkan tatkala terjadi dilema di dalam hukum sendiri, yang dapat disebabkan karena adanya konflik, baik dari lembaga-lembaga hukum, sarana prasarana hukum bahkan rendahnya budaya hukum dalam masyarakat, maka setiap orang (masyarakat dan aparatur hukum) harus mengembalikannya pada rasa keadilan hukum masyarakat, artinya harus mengutamakan moralitas masyarakat.
Kita lihat bila Secara filosofis, terminologi pendidikan karakter, pendidikan moral, pendidikan etika, dan pendidikan akhlak memiliki perbedaan. Terminologi pendidikan moral (moral education) lebih cenderung pada penyampaian nilai-nilai yang benar dan yang salah, dengan didasarkan pada adat dan kebiasaan suatu masyarakat secara umum.
Terminologi tertua untuk pendidikan moral adalah sebagai ilmu yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan manusia.
Namun, penerapan nilai-nilai dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat tidak mendapat porsi yang memadai. Karena, sangat normatif dan kurang bersinggungan dengan ranah afektif dan psikomotorik siswa.
Kemudian, pendidikan akhlak, sebagaimana dirumuskan oleh Ibnu Miskawaih yang dikutip oleh Abudin Nata, merupakan upaya ke arah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk kepada Al-Quran dan Sunah sebagai sumber tertinggi ajaran Islam.
Berbeda dengan pendidikan etika yang pengambilan nilai-nilainya bersumber dari olah akal pikiran para filosof. Namun demikian dalam implementasinya, pendidikan akhlak dan etika masih tetap cenderung pada pengajaran right and wrong seperti halnya pendidikan moral.
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.
Pembedaan ini karena moral dan karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah tabiat seseorang yang langsung ditentukan oleh otak. Dari sudut pandang lain bisa dikatakan bahwa tawaran istilah pendidikan karakter datang sebagai bentuk kritik dan kekecewaan terhadap praktek pendidikan moral selama ini. Oleh karena itu, terminologi yang ramai dibicarakan sekarang ini adalah pendidikan karakter (character education) bukan pendidikan moral (moral education). Walaupun secara substansial, keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil.
Secara lebih rinci,
berikut perbedaan antara pendidikan karakter dengan pendidikan moral dan akhlak :
Pendidikan Karakter dan Pendidikan Moral
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa didik menjadi faham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Menurut Ratna Megawangi, perbedaan ini karena moral dan karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik atau buruk.
Sedangkan karakter adalah tabiat seseorang yang langsung di-drive oleh otak. Dari sudut pandang lain bisa dikatakan bahwa tawaran istilah pendidikan karakter datang sebagai bentuk kritik dan kekecewaan terhadap praktik pendidikan moral selama ini. Itulah karenanya, terminologi yang ramai dibicarakan sekarang ini adalah pendidikan karakter (character education) bukan pendidikan moral (moral education). Walaupun secara substansial, keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil.
Pendidikan Karakter dan Pendidikan Akhlak
Akhlak dipahami oleh banyak pakar, dalam arti kondisi kejiwaan yang menjadikan pemiliknya melakukan sesuatu secara mudah, tanpa memaksakan diri, bahkan melakukannya secara otomatis. Apa yang dilakukan bisa merupakan sesuatu yang baik, dan ketika itu ia dinilai memiliki akhlak karimah, mulia, terpuji, dan bisa juga sebaliknya dan ketika ia dinilai menyandang akhlak yang buruk. Baik dan buruk tersebut berdasar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di mana yang bersangkutan berada.
Bentuk jamak pada kata akhlak mengisyaratkan banyaknya hal yang dicakup olehnya. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ia bukan saja aktivitas yang berkaitan dengan hubungan antar-manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan Allah, dengan lingkungan–baik lingkungan hidup maupun bukan–serta hubungan diri manusia secara pribadi.
Di samping itu juga perlu diingat bahwa Islam tidak hanya menuntut pemeluknya untuk bersikap baik terhadap pihak lain dalam bentuk lahiriah, sebagaimana yang ditekankan oleh sementara moralis dalam hubungan antar-manusia, tetapi Islam menekankan perlunya sikap lahiriah itu sesuai dengan sikap batiniyah.
Karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan kata lain, bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.
Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya, dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Adapun pengertian akhlak secara peristilahan menurut Ibnu Miskawaih (w. 1030 M) adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. Pendapat senada diungkapkan oleh Al-Ghazali (1111 M.), yang menyatakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (malakah), yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, menurut Ahmad Tafsir, dalam pengantar buku Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, bahwa karakter merupakan perilaku yang dilakukan secara otomatis, dan artinya semakna dengan pengertian akhlak yang dikemukan oleh Ibn Maskawaih dan al-Ghazali di atas.
Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama, yaitu pembentukan karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan Barat dan sekuler, bukan alasan untuk dipertentangkan.
Pada kenyataanya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi. Bahkan Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat antar karakter dengan spiritualitas. Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik, sedangkan pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter baik, maka memadukan keduanya menjadi suatu tawaran yang sangat inspiratif. Hal ini sekaligus menjadi entry point bahwa pendidikan karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.
Akhlak, menurut para pemikir Muslim, menunjuk pada kondisi jiwa yang menimbulkan perbuatan atau perilaku secara spontan. Dikatakan, orang yang memiliki mental penolong, ketika melihat kesulitan-kesulitan yang dialami orang lain, akan memberikan pertolongan secara spontan, tanpa banyak mempertimbangkan atau memikirkan untung-rugi. Jadi, akhlak menunjuk pada hubungan sikap batin dan perilaku secara konsisten.
Apakah
akhlak yang merupakan watak dari manusia itu dapat diubah? Jawabnya
adalah bisa. Menurut Al Ghazali, akhlak bisa diubah dan diperbaiki,
karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya dalam proses
menjadi sempurna. Oleh sebab itu, ia selalu terbuka dan mampu menerima
usaha pembaruan serta perbaikan.
Al Ghazali menambahkan, perbaikan harus dilakukan melalui pendidikan dan pembinaan pada sikap dan perilaku konstruktif. Pembiasaan tersebut dilakukan melalui metode berbalik. Sebagai contoh, sifat bodoh harus diubah dengan semangat menuntut ilmu, kikir dengan dermawan, sombong dengan rendah hati, dan rakus dengan puasa. Proses pembiasaan ini tentu saja tidak bisa dilakukan secara instant tapi membutuhkan waktu, perjuangan, dan kesabaran yang tinggi.
Ibnu Maskawaih, dalam buku Tahdzub Al Akhlaq mengusulkan metode perbaikan akhlak melalui lima cara. Pertama, mencari teman yang baik. Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan. Kedua, olah pikir. Kegiatan ini perlu untuk kesehatan jiwa, sama dengan olahraga untuk kesehatan tubuh. Ketiga, menjaga kesucian kehormatan diri dengan tidak mengikuti dorongan nafsu. Keempat, menjaga konsistensi antara rencana baik dan tindakan. Kelima, meningkatkan kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-kelemahan diri.
Di samping itu, perbaikan akhlak memerlukan idealisme, yaitu komitmen yang tinggi untuk selalu berpihak kepada yang baik dan yang benar. Perbaikan akhlak berbeda dengan perbaikan pada sektor-sektor lain. Perbaikan akhlak tidak dapat diwakilkan karena keputusan untuk berpihak kepada yang baik dan benar itu harus datang dan lahir dari kita sendiri.
Idealisme seperti itu menjadi lebih penting lagi, karena daya tarik kebaikan pada umumnya dikalahkan oleh daya tarik keburukan dan kesenangan duniawi. Pemihakan pada kebaikan sebagai inti dari ajaran akhlak benar-benar membutuhkan komitmen dan tekad yang kuat agar kita sanggup melawan dan mengendalikan kecenderungan-kecenderungan nafsu. Inilah sesungguhnya makna sabda Nabi SAW, ''Surga dipagari oleh kesulitan-kesulitan, sedangkan neraka dipagari oleh kesenangan-kesenangan.''
Betapapun tingkat kesulitan yang dihadapi, perbaikan akhlak harus tetap kita upayakan. Soalnya, agama itu pada akhirnya adalah akhlak. Dalam perspektif ini, seseorang tak dapat disebut beragama jika ia tidak berakhlak. Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya aku tidak diutus kecuali untuk membangun kualitas-kualitas moral.'' (HR Malik).
Salah satu tugas utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dan memperbaiki akhlak manusia.
Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Takhrij Hadits
Hadits shahih lighairihi ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal dengan lafadz ini dalam Musnad-nya 2/381, Imam Al Haakim dalam Mustadrak-nya 2/613, dan Imam Al Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273
Syarah Kosa Kata
صَالِحَ الْأَخْلَاقِ: kata ini sama dengan kata makarim akhlak . Akhlak yang mulia bisa disifatkan kepada seseorang merupakan nama untuk seluruh perbuatan dan sifat terpuji yang tampak dalam prilaku dan muamalahnya.
Syarah Hadits
Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan bahwa salah satu tujuan dan tugas beliau yang terpenting adalah menanamkan dasar akhlak yang mulia dan menyempurnakannya serta menjelaskan ketinggiannya.
Hal ini tentunya menunjukkan urgensi, peran penting tazkiyatun nufus [pensucian jiwa] dan pengaruh besarnya dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sesuai dengan manhaj kenabian.
Hal ini karena tazkiyatun nufus tidak ada kecuali dengan akhlak yang mulia, keistiqamahan padanya dan dakwah kepada ketinggian dan indahnya akhlak tersebut. Sehingga dakwah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam memperbaiki akhlak manusia tidak terlepas dari tazkiyatun nufus.
Melihat arti pentingnya perkara ini maka para Rasul seluruhnya berdakwah kepada pensucian jiwa umat manusia.
Lihatlah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diutus untuk mensucikan dan memurnikan jiwa manusia serta menghilangkan kotoran dan akhlak buruk manusia.
Sebagaimana dinyatakan dengan jelas dalam Al Quran, diantaranya adalah Firman Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah [2] ayat 151 :
Para Rasul yang lainnya pun demikian, mereka mengajak manusia untuk membersihkan jiwa mereka dari kesyirikan dan kemaksiatan. Banyak ayat–ayat Al Quran yang menunjukkan perhatian besar para Rasul terhadap ketaqwaan yang berarti juga menyangkut tazkiyatun nufus, sebab hakekat tazkiyatun nufus adalah takwa. Maka jelaslah sudah tazkiyatun nufus merupakan dakwahnya para rasul, bahkan salah satu rukun dakwah mereka.
Faedah Hadits
Diantara faedah hadits yang dapat kita ambil adalah :
Islam adalah agama yang menghapus kebatilan dan mempertahankan kebenaran.
Ini jelas dari kata لِأُتَمِّمَ(menyempurnakan). Islam mempertahankan akhlak mulia yang dimiliki bangsa Arab, seperti kedermawanan, memuliakan tamu dan lain-lainnya, lalu menyempurnakannya dengan menghapus akhlak buruk mereka.
Dengan demikian jelas salahnya penamaan islam dengan teroris, keras, radikal dll yang memberikan opini Islam itu tidak memiliki rahmat kepada alam semesta. Karena Islam selalu mempertahankan akhlak mulia dan menghapus akhlak yang buruk.
Bangsa Arab dahulu sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merupakan umat yang memiliki akhlak terbaik, karena mereka memiliki sebagian akhlak mulia yang menjadi warisan agama nabi Ibrohim namun mereka kufur dari banyak syari’at Nabi Ibrahim.
Karena itulah Allah Ta’ala mengutus Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menyempurnakan akhlak mereka dengan membersihkan jiwa mereka dari akhlak yang buruk, sehingga menjadi umat yang bertakwa.
Para Rasul sejak Nabi Nuh sampai Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam mengajak manusia kepada akhlak yang mulai dengan tazkiyatun nufus sehingga menjadi umat yang bertakwa kepada Allah Ta’ala.
Akhlak yang mulia dan ketakwaan adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Akhlak yang mulia merupakan pilar kejayaan satu umat. Terbukti dengan sempurnanya akhlak kaum muslimin dibawah binaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, mereka mampu mencapai kejayaan dan kemuliaan yang belum pernah dicapai umat sebelumnya.
Demikian, mudah-mudahan dapat mengajak kita semua untuk berusaha mensucikan diri dengan melaksanakan seluruh akhlak yang mulia dalam kehidupan dan perilaku kita, sehingga menjadi hamba Allah yang bertakwa.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Moral
http://societykamaru.blogspot.com/2013/04/manusia-sebagai-mahluk-bermoral.html
http://beritajambi.co/read/2017/04/28/970/pengertian-moral--nilai-dan-fungsi-moral-bagi-kehidupan-manusia
https://www.kompasiana.com/andina.ramadhon/54f674fea33311e6058b4d12/pendidikan-karakter-membentuk-moral-bangsa
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_Islam
https://geotimes.co.id/opini/perbedaan-pendidikan-karakter-moral-dan-akhlak/
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/01/21/mzqpsz-mari-memperbaiki-akhlak
http://nabimuhammad.info/sesungguhnya-aku-diutus-untuk-menyempurnakan-akhlak-yang-mulia/
17 Desember 2018
Moral |
Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Pertama tama marilah kita mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT., yang mana karena limpahan rahmat dan hidayah nya kita masih diberikan kesehatan dan keselamatan.
Kedua, shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita tunggu tunggu syafa’at nya pada akhir zaman.
Baik pembaca sekalian, saya disini akan sedikitnya menjelaskan tentang materi yang berjudul, " Manusia Makhluk Moral", semoga bermanfaat. Aamiin.
- Definisi
Moral berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut moral. Jadi suatu moral melekat dengan nilai dari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari nilai. Hanya barangkali sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam perilaku seorang anak atau sekelompok anak memungkinkan berada dalam kondisi tidak jelas. Manusia yang hidup di dunia ini berjumlah ratusan miliar dan terus berkembang dengan pesat. Angka kelahiran dan kematian terus meningkat tetapi seimbang tetapi terkadang jumlah kelahiran lebih cepat meningkat.
Dengan meningkatnya angka kelahian secara otomatis maka jumlah penduduknya makin meningkat. Banyak sekali generasi muda pada zaman sekarang sangat kurang dalam penilaian sikap dan tingkah lakunya kepada para orang tua dan pada teman seumurannya.
Banyak dari generasi muda saat ini telah rusak dan tidak sopan atau hormat kepada orang tua atau sesorang yang umurnya lebih tua dari dirinya. Hal ini di sebabkan karena tidak adanya pengarahan moral yang di berikan ke pada anak tersebut.
Etika Islam (bahasa Arab: أخلاق إسلامية) atau "Adab dan Akhlak Islamiyah" adalah etika dan moral yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad SAW, yang di dalam akidah Islamiyah dinyatakan sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya.
Akhlak memiliki makna yang sama dengan Adab, dan terbagi menjadi dua yaitu akhlak yang terpuji (akhlaq mahmudah) dan akhlak yang tercela ("akhlaq madzmumah").
Akhlak secara bahasa maknanya adalah perangai atau tabiat, yaitu gambaran batin yang dijadikan tabiat bagi manusia.
Pengertian akhlak menurut Imam Al-Qurthubi: "Akhlaq adalah sifat-sifat seseorang, sehingga dia dapat berhubungan dengan orang lain. Akhlak ada yang terpuji dan ada yang tercela. Secara umum makna akhlak yang terpuji adalah engkau berhias dengan akhlak yang terpuji ketika berhubungabn dengan sesama, dimana engkau bersikap adil dengan sifat-sifat terpuji dan tidak lalim karenanya. Sedangkan secara rinci adalah memaafkan, berlapang dada, dermawan, sabar, menahan penderitaan, berkasih sayang, memenuhi kebutuhan hidup orang lain, mencintai, bersikap lemah lembut dan sejenis itu. Sedangkan Akhlak yang tercela adalah sifat-sifat yang berlawanan dengan itu."
Sedangkan pengertian Adab (Akhlak) yang tercela adalah kebalikannya.
- Definisi berdasarkan Para Ahli
Pengertian moral dalam Hurlock (Edisi ke-6, 1990) : mengatakan bahwa perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Pengertian moral menurut Webster New word Dictionary (Wantah, 2005) : bahwa moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku.
Dian Ibung : bahwa moral adalah nilai (value) yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah laku seseorang.
Maria Assumpta : pengertian moral adalah aturan aturan (rule) mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai manusia. Hal ini mirip bila dikatakan bahwa orang yang bermoral atau dikatakan memiliki moral adalah manusia yang memanusiakan orang lain.
Bapak Sonny Keraf : bahwa moral merupakan sebuah tolak ukur. Moral dapat digunakan untuk mengukur kadar baik dan buruknya sebuah tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat (member of society) atau sebagai manusia yang memiliki posisi tertentu atau pekerjaan tertentu.
Bapak Zainuddin Saifullah Nainggolan : bahwa pengertian moral adalah suatu tendensi rohani untuk melakukan seperangkat standar dan norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat. Pengertian moral kali ini erat hubungannya dengan akhlak manusia ataupun fitrah manusia yang diciptakan memang dengan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Bapak Imam Sukardi : bahwa pengertiam moral adalah kebaikan kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran ukuran tindakan yang diterima oleh masyarakat atau umum, meliputi kesatuan sosia maupun lingkungan tertentu. Disini, dapat anda perhatikan bahwa pengertian moral selalu dihubungkan dengan adat istiadat suatu masyarakat.
Menurut Wantah (2005) : Moral adalah sesuatu yang harus dilakukan atau tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk menentukan siapa yang benar dan perilaku yang baik dan buruk.
Menurut W. J. S. Poerdarminta : Menyatakan bahwa ajaran moral dari perbuatan baik dan buruk dan perilaku.
Menurut Dewey : Mengatakan bahwa masalah moral yang berkaitan dengan nilai-nilai moral.
Menurut Baron dkk : Mengatakan bahwa moral yang terkait dengan pelarangan dan mendiskusikan tindakan yang benar atau salah.
Menurut Magnis-Susino : Mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik orang miskin sebagai manusia, sehingga aspek moral kehidupan manusia dalam hal kebaikan sebagai manusia.
Manusia juga disebut sebagai mahkluk yang bermoral. Moral merupakan aturan berperilaku tentang sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Di masyarakat kita ada aturan aturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengarahkan manusia untuk bergaul, berpakaian, bersikap, dan lain lain.
Dalam melakukan kegiatan sosial dan ekonominya, manusia hendaknya taat terhadap moral yang berlaku di masyarakat aga tidak merugikan pihak lain.Aturan tersebut bisa berkaitan dengan norma agama maupun norma kemasyarakatan. Contoh tindakan yang bermoral adalah berhemat, menggunakan sumber daya alam dengan baik, jujur, mengkonsumsi barang yang halal, menghargai sesama pemakai jalan, dan memelihara kelestarian alam. Apakah aturan lalu lintas yang kalian lihat pada gambar di halaman ini? Bisakah kalian menyimpulkan keberadaan atau hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral? Makhluk ekonomi yang bermoral? Makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral? Manusia memiliki salingketergantungan satu sama lain, setiap orang membutuhkan kehadiran dan bantuan oranglain dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut, manusia diharapkan tetap memperhatikan aturan sosial yang berlaku di sekelilingnya dan menggunakan ilmu ekonomi yang baik sehingga tindakannya tidak merugikan orang lain. Misalnya Bu Laras adalah seorang pedagang. Ia bekerja dengan jujur dan tekun dalam melayani pembelinya karena sadar bahwa pembeli akan memberinya penghasilan sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Ia memberikan timbangan yang sesuai, melayani dengan ramah setiap pembelinya.
- Kedudukan Moral dan Akhlak
Terdapat banyak dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menyebutkan tentang tingginya kedudukan seseorang yang beradab dan berakhlak yang baik, di antaranya:
Dari Al-Qur'an:
-
الذين ينفقون في السراء والضراء والكاظمين الغيظ والعافين عن الناس والله يحب المحسنين "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
— QS.Ali-Imran: 134
Dari As-Sunnah, yaitu hadits-hadits nabi SAW:
"Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang terbaik akhlaknya"
"Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (di antara mereka)"
"Pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia"
"Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya (di Hari Kiamat) dibanding Akhlak mulia"
"Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempatnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya"
Dari Nawwas bin Sim’an al-Anshari, katanya: “Saya bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang kebaikan dan tentang dosa. Dia menjawab, “Kebaikan adalah akhlak yang mulia, dan dosa adalah sesuatu yang bergejolak dalam dadamu dan engkau merasa tidak senang apabila orang lain mengetahuinya”
Nilai Moral Dalam Kehidupan
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
Fungsi Moral Bagi Kehidupan Manusia
Pada dasarnya nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani manusia. pertama, berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesame sebagai bagian dari masyarakat. kedua, menarik perhatian pada permaslahan-permasalahan moral yang kurang ditanggapi manusia. Ketiga, dapat menjadi penarik perhatian manusia kepada gejala “Pembiasaan emosional”
Selain itu fungsi dari nilai, moral dan hukum yaitu dalam rangka untuk pengendalian dan pengaturan. Pentingnya system hukum ialah sebagai perlindungan bagi kepentingan-kepentingan yang telah dilindungi agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan karena belum cukup kuat untuk melindungi dan menjamin mengingat terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak teratur.untuk melindungi lebih lanjut kepentingan yang telah dilindungi kaidah-kaidah tadi maka diperlukanlah system hukum. Hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan nyata berlaku dalam masyarakat , disebut hukum positif.
Istilah hukum positif dimaksudkan untuk menandai “diferensi”(perbedaan) dan hukum terhadap kaidah-kaidah lain dalam masyarakat tampil lebih jelas tegas, dan didukung oleh perlengkapan yang cukup agar diikuti oleh anggota masyarakat .sebagai attribut positif ini ialah:
Bukanlah kaidah social yang mengambang atau tidak jelas bentuk dan tujuannya sehingga dibutuhkan lembaga khusus yang bertujuan merumuskan dengan jelas tujuan yang hendak dicapai oleh hukum.
Bahkan tatkala terjadi dilema di dalam hukum sendiri, yang dapat disebabkan karena adanya konflik, baik dari lembaga-lembaga hukum, sarana prasarana hukum bahkan rendahnya budaya hukum dalam masyarakat, maka setiap orang (masyarakat dan aparatur hukum) harus mengembalikannya pada rasa keadilan hukum masyarakat, artinya harus mengutamakan moralitas masyarakat.
- Moral dalam Pendidikan Karakter
Negara
indonesia pada dewasa ini telah dilanda krisis multidimensi sebagai
perwujudan anak bangsa yang tidak mendengarkan hati nuraninya dalam
berbuat di segala bidang. Maka kita harus sikapi krisis multidimensi
tersebut dengan solusi membangun kembali tatanan nilai dengan berbijak
pada konsep kesetaraan etika dan moral dasar, sehingga dalam perumusan
hukum harus didasarka pada asumsi nilai-nilai moralitas dan
prinsip-prinsip humanis terhadap para penegak hukum. Akan tetapi sangat
ironis idealis penegakan hukum menjedi tercoreng disebabkan ulah para
aparat hukum sendiri.
Moral
merupakan landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan
maupun dalam lingkungan keluarga dan yang terpenting moral berada pada
batin dan atau pikiran setiap insan sebagai fungsi kontrol untuk
penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan direalisasikan.
Moral
sebenarnya tidak dapat lepas dari pengaruh sosial budaya, setempat yang
diyakini kebenarannya. Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia. Hal tersebut akan lebih mudah kita pahami manakala
mendengar orang mengatakan perbuatannya tidak bermoral. Perkataan
tersebut mengandung makna bahwa perbuatan tersebut dipandang buruk atau
salah karena melanggar nilai-nilai dan norma-norma moral yang berlaku
dalam masyarakat.
1.1.Hubungan moral dengan etika profesi
Etika
profesi merupakan bidang terapan yang merupakan bagian dari etika
social. Hal ini disebabkan dalam menjalankan pofesinya, seseorang akan
berkelompok atau beroganisasi dan selalu berhubungan dengan masyarakat.
Aturan-aturan itu merupakan suatu norma yang dilandasi oleh moral yang
baik dan menjujung tinggi keluhuran budi dalam rangka menjalankan
profesinya. Aturan-atuuran itu diwujudkan dalam bentuk kode etik.
Moral
merupakan landasan seseorang dalam menjalankan profesinya dengan
berpedoman kode etik profesi. Hal itu dapat dilihat dari hubungan antara
moral dengan etika profesi, seperti gambar di bawah ini.
Dari
gambar di atas jelas bahwa moral sangat berhubungan dengan etika
profesi. Moral memberikan tuntunan tentang bagaimana seseorang harus
bertindak, sedangkan etika profesi memberikan pertanyaan, mengapa
seseorang harus bertindak seperti itu. Oleh sebab itu seseorang
professional harus mempunyai moral yang baik dalam menjalankan
profesinya.
Pemahaman moral secara
menyeluruh merupakan suatu landasan dalam melakukan suatu tindakan.
Sesorang akan mempunyai tindakan baik, karena memahami benar tentang
nilai-nilai kebaikan sebagai landasan dalam melakukan tindakan. Moral
akan memberikan landasan seseorang dalam menjalankan profesinya,
sehingga semua anggota kelompok profesi akan bertindak berdasarkan kode
etik yang telah disepakati bersama. Akhirnya eksistensi organisasi
profesinya akan dipercaya oleh anggota masyarakat.
2. Tujuan dan Manfaat Moral Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Moral
merupakan sikap yang bersifat baik yang dapat diterima oleh masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya, maka manusia
diharapkan memiliki moral karena hal tersebut penting demi
berlangsungnya sosialisasi terhadap lingkungannya. Berikut beberapa
manfaat moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertama,
moral merupakan penanda kualitas diri. Manusia jika bermoral baik maka
manusia lain akan melihatnya sebagai pribadi yang memiliki kualitas
baik. Karena dalam dirinya telah ditanamkan nilai-nilai kehidupan yang
menjadi pedoman dalam hidupnya.
Kedua,
moral merupakan pengendali. Moral sebagai pengendali ialah sebagai
perlindungan bagi kepentingan-kepentingan yang telah dilindungi agama,
kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan karena belum cukup kuat untuk
melindungi dan menjamin, mengingat terdapat kepentingan-kepentingan yang
tidak teratur.
Dan yang ketiga,
moral merupakan pedoman hidup. Dalam kehidupan banyak hukum-hukum yang
berlaku, dalam kehidupan juga banyak hal yang bersifat postif dan
negatif. Maka diperlukan pedoman, atau pegangan dalam hidup ini agar
segala perbuatan yang manusia lakukan sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam
hal ini penulis menyimpulkan bahwa selain sebagai penanda kualitas
diri, moral juga bermanfaat sebagai pengendali juga pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat. Hiduplah dengan bermoral baik, maka akan
terciptalah suatu kehidupan bermasyarakat yang berkualitas tinggi.
- Pendidikan Karakter Membentuk Moral Bangsa
3.1.Kondisi moral bangsa saat ini
Moral merupakan dasar pemikiran seseorang untuk bertindak. Dimana kedudukan moral sebagai self-control
dapat berfungsi dalam merealisasikan apa yang ada pada diri manusia
dalam bentuk perbuatan, sikap, perkataan, dan tindakan yang disertai
dengan keindahan karakter. Dengan moral segala tindakan akan mudah
terkontrol serta terarah, yang kemudian berpotensi untuk menumbuhkan
sikap toleransi antara individu satu dengan individu lainnya. Dan dengan
adanya toleransi tersebut maka mereka akan saling berintegrasi untuk
mewujudkan cita cita bangsa.
Apabila
suatu bangsa dihuni oleh manusia yang bermoral dan bermartabat, maka
pastilah kehidupan serta peradaban dalam bangsa tersebut akan berjalan
mulus. Yang nantinya akan membawa diri bangsa kepada kehidupan yang jauh
dari keterpurukan, kemiskinan dan krisis moral yang berkepanjangan.
Ketika
kita memperbincangakan kualitas moral pada anak-anak bangsa Indonesia
sendiri mungkin kita patut untuk bersedih, mengapa demikian? Karena
dengan maraknya kasus-kasus yang telah mewarnai bangsa ini mencerminkan
bahwasanya bangsa kita ini telah mengalami degradasi kualitas moral
yang sangat memperihatinkan. Mulai dari kasus tawuran remaja, kasus
narkoba dan minuman keras, kasus hamil di luar nikah dan praktik aborsi,
kasus pornoaksi dan porno grafi, hingga kasus korupsi dan suap yang
dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang seharusnya menjadi
panutan bagi para rakyatnya.
Semua
ini menunjukan bahwa kondisi moral bangsa ini terutama generasi muda
sudah mulai mengalami degredasi moral sehingga perlu mendapat perhatian,
karena generasi muda merupakan inventaris bangsa yang harus kita jaga,
dimana generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang nantinya
berperan dalam menentukan masa depan bangsa Indonesia.
3.2.Pentingnya pendidikan karakter
Disinilah
peran pendidikan karakter sebagai salah satu solusi untuk memperbaiki
moral bangsa. Dimana pendidikan karakter merupakan suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah yang datang baik intern
(pada diri sendiri) maupun ekstern (keadaan di sekitarnya) melalui
tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter
juga berperan untuk membentuk kecerdasan emosional dan juga membangun
etika sosial yang nantinya berperan dalam pengimplementasian pada
kehidupan sosial di masyarakat.
Dalam
penyelenggaraannya pendidikan karakter dapat di lakukan di berbagai
lembaga-lembaga sosial baik formal maupun non-formal. Seperti halnya
dalam lembaga pendidikan (sekolah) yang mana dapat dijadikan sebagai
wadah untuk menyelenggarakan pendidikan karakter dalam menanamkan
nilai-nilai pada peserta didik dengan di ajarkannya mata pelajaran yang
mengandung nilai-nilai moral seperti Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kemudian dalam
lembaga keagamaan seperti tempat ibadah, disini juga dapat dijadikan
sebagai wadah untuk menanamkan nilai-nilai moral yang didasari dengan
pengetahuan mengenai keagamaan yang mana dapat meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan hamba terhadap Tuhannya.
Selanjutnya
yaitu keluarga sebagai wadah dalam penyelenggaraan pendidikan
karakter dimana dalam hal ini keluarga memiliki peran penting dalam
menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak dan anggota keluarga lainnya,
karena keluarga merupakan sarana terdekat dalam pembentukan karakter
serta kepribadian terhadap individu. Dan di samping lembaga-lembaga
tersebut di atas penyelenggaraan pendidikan karakter dapat dilakukan di
lembaga-lembaga sosial lainnya.
- Pendidikan Karakter, Moral, dan Akhlak
Kita lihat bila Secara filosofis, terminologi pendidikan karakter, pendidikan moral, pendidikan etika, dan pendidikan akhlak memiliki perbedaan. Terminologi pendidikan moral (moral education) lebih cenderung pada penyampaian nilai-nilai yang benar dan yang salah, dengan didasarkan pada adat dan kebiasaan suatu masyarakat secara umum.
Terminologi tertua untuk pendidikan moral adalah sebagai ilmu yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan manusia.
Namun, penerapan nilai-nilai dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat tidak mendapat porsi yang memadai. Karena, sangat normatif dan kurang bersinggungan dengan ranah afektif dan psikomotorik siswa.
Kemudian, pendidikan akhlak, sebagaimana dirumuskan oleh Ibnu Miskawaih yang dikutip oleh Abudin Nata, merupakan upaya ke arah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk kepada Al-Quran dan Sunah sebagai sumber tertinggi ajaran Islam.
Berbeda dengan pendidikan etika yang pengambilan nilai-nilainya bersumber dari olah akal pikiran para filosof. Namun demikian dalam implementasinya, pendidikan akhlak dan etika masih tetap cenderung pada pengajaran right and wrong seperti halnya pendidikan moral.
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.
Pembedaan ini karena moral dan karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah tabiat seseorang yang langsung ditentukan oleh otak. Dari sudut pandang lain bisa dikatakan bahwa tawaran istilah pendidikan karakter datang sebagai bentuk kritik dan kekecewaan terhadap praktek pendidikan moral selama ini. Oleh karena itu, terminologi yang ramai dibicarakan sekarang ini adalah pendidikan karakter (character education) bukan pendidikan moral (moral education). Walaupun secara substansial, keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil.
Secara lebih rinci,
berikut perbedaan antara pendidikan karakter dengan pendidikan moral dan akhlak :
Pendidikan Karakter dan Pendidikan Moral
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa didik menjadi faham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Menurut Ratna Megawangi, perbedaan ini karena moral dan karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik atau buruk.
Sedangkan karakter adalah tabiat seseorang yang langsung di-drive oleh otak. Dari sudut pandang lain bisa dikatakan bahwa tawaran istilah pendidikan karakter datang sebagai bentuk kritik dan kekecewaan terhadap praktik pendidikan moral selama ini. Itulah karenanya, terminologi yang ramai dibicarakan sekarang ini adalah pendidikan karakter (character education) bukan pendidikan moral (moral education). Walaupun secara substansial, keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil.
Pendidikan Karakter dan Pendidikan Akhlak
Akhlak dipahami oleh banyak pakar, dalam arti kondisi kejiwaan yang menjadikan pemiliknya melakukan sesuatu secara mudah, tanpa memaksakan diri, bahkan melakukannya secara otomatis. Apa yang dilakukan bisa merupakan sesuatu yang baik, dan ketika itu ia dinilai memiliki akhlak karimah, mulia, terpuji, dan bisa juga sebaliknya dan ketika ia dinilai menyandang akhlak yang buruk. Baik dan buruk tersebut berdasar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di mana yang bersangkutan berada.
Bentuk jamak pada kata akhlak mengisyaratkan banyaknya hal yang dicakup olehnya. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ia bukan saja aktivitas yang berkaitan dengan hubungan antar-manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan Allah, dengan lingkungan–baik lingkungan hidup maupun bukan–serta hubungan diri manusia secara pribadi.
Di samping itu juga perlu diingat bahwa Islam tidak hanya menuntut pemeluknya untuk bersikap baik terhadap pihak lain dalam bentuk lahiriah, sebagaimana yang ditekankan oleh sementara moralis dalam hubungan antar-manusia, tetapi Islam menekankan perlunya sikap lahiriah itu sesuai dengan sikap batiniyah.
Karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan kata lain, bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.
Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya, dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Adapun pengertian akhlak secara peristilahan menurut Ibnu Miskawaih (w. 1030 M) adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. Pendapat senada diungkapkan oleh Al-Ghazali (1111 M.), yang menyatakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (malakah), yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, menurut Ahmad Tafsir, dalam pengantar buku Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, bahwa karakter merupakan perilaku yang dilakukan secara otomatis, dan artinya semakna dengan pengertian akhlak yang dikemukan oleh Ibn Maskawaih dan al-Ghazali di atas.
Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama, yaitu pembentukan karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan Barat dan sekuler, bukan alasan untuk dipertentangkan.
Pada kenyataanya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi. Bahkan Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat antar karakter dengan spiritualitas. Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik, sedangkan pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter baik, maka memadukan keduanya menjadi suatu tawaran yang sangat inspiratif. Hal ini sekaligus menjadi entry point bahwa pendidikan karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.
- Diutusnya Nabi Muhammad SAW. untuk Memperbaiki Akhlak Manusia
Akhlak, menurut para pemikir Muslim, menunjuk pada kondisi jiwa yang menimbulkan perbuatan atau perilaku secara spontan. Dikatakan, orang yang memiliki mental penolong, ketika melihat kesulitan-kesulitan yang dialami orang lain, akan memberikan pertolongan secara spontan, tanpa banyak mempertimbangkan atau memikirkan untung-rugi. Jadi, akhlak menunjuk pada hubungan sikap batin dan perilaku secara konsisten.
Al Ghazali menambahkan, perbaikan harus dilakukan melalui pendidikan dan pembinaan pada sikap dan perilaku konstruktif. Pembiasaan tersebut dilakukan melalui metode berbalik. Sebagai contoh, sifat bodoh harus diubah dengan semangat menuntut ilmu, kikir dengan dermawan, sombong dengan rendah hati, dan rakus dengan puasa. Proses pembiasaan ini tentu saja tidak bisa dilakukan secara instant tapi membutuhkan waktu, perjuangan, dan kesabaran yang tinggi.
Ibnu Maskawaih, dalam buku Tahdzub Al Akhlaq mengusulkan metode perbaikan akhlak melalui lima cara. Pertama, mencari teman yang baik. Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan. Kedua, olah pikir. Kegiatan ini perlu untuk kesehatan jiwa, sama dengan olahraga untuk kesehatan tubuh. Ketiga, menjaga kesucian kehormatan diri dengan tidak mengikuti dorongan nafsu. Keempat, menjaga konsistensi antara rencana baik dan tindakan. Kelima, meningkatkan kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-kelemahan diri.
Di samping itu, perbaikan akhlak memerlukan idealisme, yaitu komitmen yang tinggi untuk selalu berpihak kepada yang baik dan yang benar. Perbaikan akhlak berbeda dengan perbaikan pada sektor-sektor lain. Perbaikan akhlak tidak dapat diwakilkan karena keputusan untuk berpihak kepada yang baik dan benar itu harus datang dan lahir dari kita sendiri.
Idealisme seperti itu menjadi lebih penting lagi, karena daya tarik kebaikan pada umumnya dikalahkan oleh daya tarik keburukan dan kesenangan duniawi. Pemihakan pada kebaikan sebagai inti dari ajaran akhlak benar-benar membutuhkan komitmen dan tekad yang kuat agar kita sanggup melawan dan mengendalikan kecenderungan-kecenderungan nafsu. Inilah sesungguhnya makna sabda Nabi SAW, ''Surga dipagari oleh kesulitan-kesulitan, sedangkan neraka dipagari oleh kesenangan-kesenangan.''
Betapapun tingkat kesulitan yang dihadapi, perbaikan akhlak harus tetap kita upayakan. Soalnya, agama itu pada akhirnya adalah akhlak. Dalam perspektif ini, seseorang tak dapat disebut beragama jika ia tidak berakhlak. Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya aku tidak diutus kecuali untuk membangun kualitas-kualitas moral.'' (HR Malik).
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia agar
beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak
manusia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [3]
Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” [4]
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” [5]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً…
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya…” [6]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: اَلْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Lidah dan kemaluan.” [7]
Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, menganjurkan untuk bersilaturrahim, serta berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil [8]. Mereka (Ahlus Sunnah) melarang dari berbuat sombong, angkuh, dan zhalim [9]. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا.
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” [10]
Sungguh akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ.
“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di tengah malam.”[11]
Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah makmur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
…وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيْدَانِ فِي اْلأَعْمَارِ.
“… Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur.” [12]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4]
Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.” [13]
Begitu pula para Sahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan di antara akhlak Salafush Shalih Radhiyallahu anhum, yaitu:
1. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya’.
2. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan dari sifat dusta.
3. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
4. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Berusaha meninggalkan segala bentuk kemunafikan.
6. Lembut hatinya, banyak mengingat mati dan akhirat serta takut terhadap akhir kehidupan yang jelek (su’ul khatimah).
7. Banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak berbicara yang sia-sia.
8. Tawadhdhu’ (rendah hati) dan tidak sombong.
9. Banyak bertaubat, beristighfar (mohon
Read more https://almanhaj.or.id/1299-ahlus-sunnah-wal-jamaah-mengajak-manusia-kepada-akhlak-yang-mulia-dan-amal-amal-yang-baik.html
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [3]
Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” [4]
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” [5]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً…
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya…” [6]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: اَلْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Lidah dan kemaluan.” [7]
Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, menganjurkan untuk bersilaturrahim, serta berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil [8]. Mereka (Ahlus Sunnah) melarang dari berbuat sombong, angkuh, dan zhalim [9]. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا.
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” [10]
Sungguh akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ.
“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di tengah malam.”[11]
Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah makmur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
…وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيْدَانِ فِي اْلأَعْمَارِ.
“… Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur.” [12]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4]
Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.” [13]
Begitu pula para Sahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan di antara akhlak Salafush Shalih Radhiyallahu anhum, yaitu:
1. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya’.
2. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan dari sifat dusta.
3. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
4. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Berusaha meninggalkan segala bentuk kemunafikan.
6. Lembut hatinya, banyak mengingat mati dan akhirat serta takut terhadap akhir kehidupan yang jelek (su’ul khatimah).
7. Banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak berbicara yang sia-sia.
8. Tawadhdhu’ (rendah hati) dan tidak sombong.
9. Banyak bertaubat, beristighfar (mohon
Read more https://almanhaj.or.id/1299-ahlus-sunnah-wal-jamaah-mengajak-manusia-kepada-akhlak-yang-mulia-dan-amal-amal-yang-baik.html
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia agar
beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak
manusia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [3]
Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” [4]
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” [5]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً…
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya…” [6]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: اَلْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Lidah dan kemaluan.” [7]
Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, menganjurkan untuk bersilaturrahim, serta berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil [8]. Mereka (Ahlus Sunnah) melarang dari berbuat sombong, angkuh, dan zhalim [9]. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا.
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” [10]
Sungguh akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ.
“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di tengah malam.”[11]
Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah makmur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
…وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيْدَانِ فِي اْلأَعْمَارِ.
“… Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur.” [12]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4]
Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.” [13]
Begitu pula para Sahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan di antara akhlak Salafush Shalih Radhiyallahu anhum, yaitu:
1. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya’.
2. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan dari sifat dusta.
3. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
4. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Berusaha meninggalkan segala bentuk kemunafikan.
6. Lembut hatinya, banyak mengingat mati dan akhirat serta takut terhadap akhir kehidupan yang jelek (su’ul khatimah).
7. Banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak berbicara yang sia-sia.
8. Tawadhdhu’ (rendah hati) dan tidak sombong.
9. Banyak bertaubat, beristighfar (mohon ampun) kepada Allah, baik siang maupun malam.
10. Bersungguh-sungguh dalam bertaqwa dan tidak mengaku-ngaku sebagai orang yang bertaqwa, serta senantiasa takut kepada Allah.
11. Sibuk dengan aib diri sendiri dan tidak sibuk deng
Read more https://almanhaj.or.id/1299-ahlus-sunnah-wal-jamaah-mengajak-manusia-kepada-akhlak-yang-mulia-dan-amal-amal-yang-baik.html
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [3]
Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” [4]
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” [5]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً…
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya…” [6]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: اَلْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Lidah dan kemaluan.” [7]
Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, menganjurkan untuk bersilaturrahim, serta berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil [8]. Mereka (Ahlus Sunnah) melarang dari berbuat sombong, angkuh, dan zhalim [9]. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا.
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” [10]
Sungguh akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ.
“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di tengah malam.”[11]
Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah makmur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
…وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيْدَانِ فِي اْلأَعْمَارِ.
“… Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur.” [12]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4]
Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.” [13]
Begitu pula para Sahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan di antara akhlak Salafush Shalih Radhiyallahu anhum, yaitu:
1. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya’.
2. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan dari sifat dusta.
3. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
4. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Berusaha meninggalkan segala bentuk kemunafikan.
6. Lembut hatinya, banyak mengingat mati dan akhirat serta takut terhadap akhir kehidupan yang jelek (su’ul khatimah).
7. Banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak berbicara yang sia-sia.
8. Tawadhdhu’ (rendah hati) dan tidak sombong.
9. Banyak bertaubat, beristighfar (mohon ampun) kepada Allah, baik siang maupun malam.
10. Bersungguh-sungguh dalam bertaqwa dan tidak mengaku-ngaku sebagai orang yang bertaqwa, serta senantiasa takut kepada Allah.
11. Sibuk dengan aib diri sendiri dan tidak sibuk deng
Read more https://almanhaj.or.id/1299-ahlus-sunnah-wal-jamaah-mengajak-manusia-kepada-akhlak-yang-mulia-dan-amal-amal-yang-baik.html
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia agar
beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak
manusia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [3]
Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” [4]
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” [5]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً…
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya…” [6]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: اَلْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Lidah dan kemaluan.” [7]
Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, menganjurkan untuk bersilaturrahim, serta berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil [8]. Mereka (Ahlus Sunnah) melarang dari berbuat sombong, angkuh, dan zhalim [9]. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا.
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” [10]
Sungguh akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ.
“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di tengah malam.”[11]
Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah makmur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
…وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيْدَانِ فِي اْلأَعْمَارِ.
“… Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur.” [12]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4]
Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.” [13]
Begitu pula para Sahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan di antara akhlak Salafush Shalih Radhiyallahu anhum, yaitu:
1. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya’.
2. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan dari sifat dusta.
3. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
4. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi 9]
15. Banyak bershadaqah, dermawan, menolong orang-orang yang susah, tidak bakhil/tidak pelit.
16. Mendamaikan orang yang mempunyai sengketa.
17. Tidak hasad (dengki, iri), tidak berburuk sangka sesama Mukmin.
18. Berani dalam mengatakan kebenaran dan menyukainya.[17]
Dan tidak boleh
Read more https://almanhaj.or.id
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [3]
Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” [4]
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” [5]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً…
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya…” [6]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: اَلْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Lidah dan kemaluan.” [7]
Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, menganjurkan untuk bersilaturrahim, serta berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil [8]. Mereka (Ahlus Sunnah) melarang dari berbuat sombong, angkuh, dan zhalim [9]. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا.
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” [10]
Sungguh akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ.
“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di tengah malam.”[11]
Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah makmur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
…وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيْدَانِ فِي اْلأَعْمَارِ.
“… Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur.” [12]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4]
Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.” [13]
Begitu pula para Sahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan di antara akhlak Salafush Shalih Radhiyallahu anhum, yaitu:
1. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya’.
2. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan dari sifat dusta.
3. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
4. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi 9]
15. Banyak bershadaqah, dermawan, menolong orang-orang yang susah, tidak bakhil/tidak pelit.
16. Mendamaikan orang yang mempunyai sengketa.
17. Tidak hasad (dengki, iri), tidak berburuk sangka sesama Mukmin.
18. Berani dalam mengatakan kebenaran dan menyukainya.[17]
Dan tidak boleh
Read more https://almanhaj.or.id
Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
Takhrij Hadits
Hadits shahih lighairihi ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal dengan lafadz ini dalam Musnad-nya 2/381, Imam Al Haakim dalam Mustadrak-nya 2/613, dan Imam Al Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273
Syarah Kosa Kata
صَالِحَ الْأَخْلَاقِ: kata ini sama dengan kata makarim akhlak . Akhlak yang mulia bisa disifatkan kepada seseorang merupakan nama untuk seluruh perbuatan dan sifat terpuji yang tampak dalam prilaku dan muamalahnya.
Syarah Hadits
Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan bahwa salah satu tujuan dan tugas beliau yang terpenting adalah menanamkan dasar akhlak yang mulia dan menyempurnakannya serta menjelaskan ketinggiannya.
Hal ini tentunya menunjukkan urgensi, peran penting tazkiyatun nufus [pensucian jiwa] dan pengaruh besarnya dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sesuai dengan manhaj kenabian.
Hal ini karena tazkiyatun nufus tidak ada kecuali dengan akhlak yang mulia, keistiqamahan padanya dan dakwah kepada ketinggian dan indahnya akhlak tersebut. Sehingga dakwah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam memperbaiki akhlak manusia tidak terlepas dari tazkiyatun nufus.
Melihat arti pentingnya perkara ini maka para Rasul seluruhnya berdakwah kepada pensucian jiwa umat manusia.
Lihatlah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diutus untuk mensucikan dan memurnikan jiwa manusia serta menghilangkan kotoran dan akhlak buruk manusia.
Sebagaimana dinyatakan dengan jelas dalam Al Quran, diantaranya adalah Firman Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah [2] ayat 151 :
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ 151
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat–ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab
dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”
Bukankah tazkiyatun nufus ada dengan akhlak mulia dan istiqomah
diatasnya? Demikianlah pentingnya tazkiyatun nufus dalam membentuk
masyarakat Islam yang benar, sehingga menjadi salah satu rukun ajaran dan dakwah nabi Ibrahim, sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah [2] ayat 127 – 129 :وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 127
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ 128
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua
orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak
cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada
kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat
kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ 129
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat–ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Para Rasul yang lainnya pun demikian, mereka mengajak manusia untuk membersihkan jiwa mereka dari kesyirikan dan kemaksiatan. Banyak ayat–ayat Al Quran yang menunjukkan perhatian besar para Rasul terhadap ketaqwaan yang berarti juga menyangkut tazkiyatun nufus, sebab hakekat tazkiyatun nufus adalah takwa. Maka jelaslah sudah tazkiyatun nufus merupakan dakwahnya para rasul, bahkan salah satu rukun dakwah mereka.
Faedah Hadits
Diantara faedah hadits yang dapat kita ambil adalah :
Islam adalah agama yang menghapus kebatilan dan mempertahankan kebenaran.
Ini jelas dari kata لِأُتَمِّمَ(menyempurnakan). Islam mempertahankan akhlak mulia yang dimiliki bangsa Arab, seperti kedermawanan, memuliakan tamu dan lain-lainnya, lalu menyempurnakannya dengan menghapus akhlak buruk mereka.
Dengan demikian jelas salahnya penamaan islam dengan teroris, keras, radikal dll yang memberikan opini Islam itu tidak memiliki rahmat kepada alam semesta. Karena Islam selalu mempertahankan akhlak mulia dan menghapus akhlak yang buruk.
Bangsa Arab dahulu sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merupakan umat yang memiliki akhlak terbaik, karena mereka memiliki sebagian akhlak mulia yang menjadi warisan agama nabi Ibrohim namun mereka kufur dari banyak syari’at Nabi Ibrahim.
Karena itulah Allah Ta’ala mengutus Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menyempurnakan akhlak mereka dengan membersihkan jiwa mereka dari akhlak yang buruk, sehingga menjadi umat yang bertakwa.
Para Rasul sejak Nabi Nuh sampai Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam mengajak manusia kepada akhlak yang mulai dengan tazkiyatun nufus sehingga menjadi umat yang bertakwa kepada Allah Ta’ala.
Akhlak yang mulia dan ketakwaan adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Akhlak yang mulia merupakan pilar kejayaan satu umat. Terbukti dengan sempurnanya akhlak kaum muslimin dibawah binaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, mereka mampu mencapai kejayaan dan kemuliaan yang belum pernah dicapai umat sebelumnya.
Demikian, mudah-mudahan dapat mengajak kita semua untuk berusaha mensucikan diri dengan melaksanakan seluruh akhlak yang mulia dalam kehidupan dan perilaku kita, sehingga menjadi hamba Allah yang bertakwa.
Jadi, intinya adalah Moral
merupakan suatu landasan dalam melakukan suatu tindakan. Seorang
professional dalam menjalankan profesinya, akan mempunyai tindakan yang
baik, karena memahami benar tentang nilai-nilai kebaikan sebagai
landasan dalam melakukan tindakan yang berdasarkan kode etik profesi.
Etika profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan
bagian dari etika social.
Pendidikan
karakter pada suatu bangsa akan membentuk moral bangsa itu sendiri.
Apabila suatu bangsa dihuni oleh manusia yang bermoral dan bermartabat,
maka pastilah kehiduan serta peradapan dalam bangsa tersebut akan
berjalan mulus dan jauh ke depan. Yang nantinya akan membawa bangsa
kepada kehidupan yang jauh lebih layak dan jauh dari keterpurukan,
kemiskinan dan krisis moral yang berkepanjangan.
Demikian Yang dapat saya tuliskan dalam artikel ini, semoga bermanfaat, terimakasih telah membaca.
Billahitaufik wal hidayah
Wassalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Demikian Yang dapat saya tuliskan dalam artikel ini, semoga bermanfaat, terimakasih telah membaca.
Billahitaufik wal hidayah
Wassalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Moral
http://societykamaru.blogspot.com/2013/04/manusia-sebagai-mahluk-bermoral.html
http://beritajambi.co/read/2017/04/28/970/pengertian-moral--nilai-dan-fungsi-moral-bagi-kehidupan-manusia
https://www.kompasiana.com/andina.ramadhon/54f674fea33311e6058b4d12/pendidikan-karakter-membentuk-moral-bangsa
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_Islam
https://geotimes.co.id/opini/perbedaan-pendidikan-karakter-moral-dan-akhlak/
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/01/21/mzqpsz-mari-memperbaiki-akhlak
http://nabimuhammad.info/sesungguhnya-aku-diutus-untuk-menyempurnakan-akhlak-yang-mulia/
Comments
Post a Comment